AS Diguncang Protes Pro-Palestina, Begini Imbauan KBRI Washington DC untuk WNI

KBRI Washington DC pun mencantumkan sejumlah emergency hotline yang dapat dihubungi WNI.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Mei 2024, 09:52 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 09:51 WIB
Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas George Washington Robohkan Pagar Pembatas
Protes pro-Palestina telah menyebar luas ke kampus-kampus di Amerika Serikat. (AP Photo/Cliff Owen)

Liputan6.com, Washington, DC - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC pada Jumat (3/5/2024) merilis pernyataan terkait demonstrasi pro-Palestina yang mengguncang Amerika Serikat (AS).

"Mencermati perkembangan kondisi demonstrasi pro Palestina di berbagai lokasi akhir-akhir ini maka diimbau agar seluruh WNI di Amerika Serikat untuk terus meningkatkan kehati-hatian dan kewaspadaan serta menghindari hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan aturan yang berlaku, khususnya pada saat berada dalam kerumunan," sebut KBRI Washington DC dalam pernyataan tertulisnya.

Selain itu, KBRI Washington DC juga mengimbau seluruh WNI untuk terus mencermati perkembangan situasi melalui pemberitaan dan sumber-sumber resmi dan informasi dari pemerintah setempat serta menghubungi 911 atau kepolisian setempat apabila dalam keadaan darurat.

Jika ada hal-hal yang ingin dilaporkan maka WNI dapat menghubungi perwakilan RI terdekat melalui nomor-nomor emergency hotline berikut ini:

  • KBRI Washington DC : +1 (202) 569-7996
  • KJRI Chicago : +1 (312) 547-9114
  • KJRI Houston : +1 (346) 932-7284
  • KJRI Los Angeles : +1 (213) 590-8095
  • KJRI New York : +1 (347) 806-9279
  • KJRI San Francisco : +1 (415) 875-0793

Lebih dari 2.000 Orang Ditangkap

Kemah Pro Palestina Bermunculan di Kampus-Kampus AS
Sepekan terakhir, aksi protes pro-Palestina mengguncang universitas-universitas di seluruh Amerika Serikat (AS) dan terus menyebar ke lebih banyak kampus. (Matthew Hatcher/Getty Images North America/Getty Images via AFP)

Seorang petugas polisi yang terlibat dalam pembersihan pengunjuk rasa dari gedung administrasi Columbia University pada awal pekan ini menembakkan senjatanya di dalam aula. Hal tersebut dikonfirmasi juru bicara kantor Kejaksaan Alvin Bragg pada hari Kamis (2/5).

Tidak ada yang terluka, menurut juru bicara Doug Cohen, yang mengatakan ada petugas lain di sana, namun tidak ada pelajar di sekitar lokasi. Dia mengatakan pihaknya sedang melakukan peninjauan.

Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai insiden tersebut, yang pertama kali diberitakan oleh The City.

Departemen Kepolisian New York (NYPD) tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Tembakan terjadi ketika petugas polisi menyerbu Hamilton Hall pada Selasa (30/4) malam. Pengunjuk rasa pro-Palestina telah membarikade diri di sana selama lebih dari 20 jam.

Lebih dari 100 pengunjuk rasa ditahan selama tindakan keras tersebut. Mereka adalah bagian dari lebih dari 2.000 orang yang ditangkap selama protes pro-Palestina di kampus-kampus di seluruh AS dalam beberapa pekan terakhir. Demikian penghitungan kantor berita AP per Kamis.

Para pengunjuk rasa di Columbia University merebut Hamilton Hall pada Selasa pagi. Gedung administrasi itu juga diduduki pada tahun 1968 oleh mahasiswa yang memprotes rasisme dan Perang Vietnam.

Pada Kamis, sekelompok profesor di Columbia University mengecam pimpinan kampus karena meminta polisi membubarkan pengunjuk rasa dalam apa yang mereka sebut sebagai "serangan polisi yang mengerikan terhadap mahasiswa kami".

Dalam 24 jam terakhir, aksi di University of California, Los Angeles, (UCLA) di mana terjadi kekacauan pada Kamis pagi ketika petugas antihuru-hara menyerbu kerumunan demonstran tidak kalah menarik perhatian.

Ratusan pengunjuk rasa di UCLA menentang perintah untuk pergi, beberapa membentuk rantai manusia ketika polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan massa.

"Setidaknya 200 orang ditangkap," kata Sersan Alejandro Rubio dari California Highway Patrol, mengutip data dari Departemen Sheriff Los Angeles County.

Menurut pihak kampus, sebanyak 300 orang lainnya secara sukarela pergi selama konflik yang terjadi selama berjam-jam tersebut, beberapa di antara mereka keluar dari perkemahan dengan tangan menutupi kepala untuk menunjukkan penyerahan diri secara damai. Yang lain melarikan diri ketika petugas yang memegang tongkat menyerbu ke dalam gerombolan mahasiswa yang berjumlah lebih dari 1.000 orang.

Kamis paginya, para pekerja memindahkan barikade dan membongkar benteng pertahanan para pengunjuk rasa. Buldoser meraup kantong sampah dan tenda. Royce Hall dipenuhi grafiti.

Aksi perkemahan pro-Palestina, di mana mahasiswa menuntut divestasi dari Israel, telah menjalar ke berbagai kampus di penjuru Negeri Paman Sam.

Kritik dari Partai Republik

Hari Keempat Kemah Mahasiswa Pro-Palestina di Kampus-Kampus Amerika Serikat
Memasuki hari keempat aksi unjuk rasa dengan berkemah, para aktivis mahasiswa masih berada di perkemahan dan terus melanjutkan demonstrasi. Pihak penegak hukum kampus telah menutup akses ke perkemahan untuk peserta tambahan. (Kent Nishimura/Getty Images North America/Getty Images via AFP)

Perkemahan pro-Palestina oleh para mahasiswa AS dimulai di Columbia University pada 17 April. Israel mencap protes tersebut sebagai antisemitisme, sementara para kritikus Israel mengatakan bahwa mereka menggunakan tuduhan tersebut untuk membungkam oposisi.

Presiden Joe Biden pada hari Kamis membela hak mahasiswa untuk melakukan protes damai, namun mengecam kekacauan yang terjadi beberapa hari terakhir.

Sementara itu, para pemimpin Partai Republik di California mengkritik pihak kampus yang mereka anggap gagal melindungi mahasiswa Yahudi dan membiarkan protes meningkat menjadi pelanggaran hukum dan kekerasan. Mereka menyerukan pemecatan para pemimpin UCLA dan California State Polytechnic University, Humboldt, serta mendorong proposal yang akan memotong gaji para administrator universitas.

"Ada banyak orang di universitas-universitas ini yang mendapat gaji enam digit dan mereka hanya diam saja dan tidak melakukan apa pun," kata politikus Republikan James Gallagher.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya