China Kerahkan Kapal Induk Shandong ke Lepas Pantai Filipina

Pengerahan kapal induk kedua China bernama Shandong di lepas pantai Filipina terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara tersebut.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Jul 2024, 20:19 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2024, 19:40 WIB
Kapal Induk China yang baru diresmikan. (China Ministry of National Defense)
Kapal Induk China yang baru diresmikan. (China Ministry of National Defense)

Liputan6.com, Manila - Pengerahan kapal induk kedua China bernama Shandong di lepas pantai Filipina terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara tersebut.

Insiden penggunaan meriam air oleh China dan penyerudukan yang disengaja terhadap kapal penjaga pantai Filipina menunjukkan peningkatan upaya Tiongkok untuk menegaskan klaimnya atas beting di Laut China Selatan yang disengketakan.

Dikutip dari laman mizzima, Sabtu (13/7/2924) Manila telah dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak bermaksud meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut dengan menggunakan meriam air atau senjata ofensif apa pun di Laut China Selatan.

Hal terakhir yang diinginkannya adalah meningkatkan ketegangan di jalur perairan strategis tersebut, kata Presiden Marcos Jr.

Sementara itu, Filipina telah meningkatkan hubungan dengan negara-negara tetangganya dan negara-negara lain untuk melawan apa yang digambarkannya sebagai meningkatnya agresi Tiongkok di Laut China Selatan.

Menteri luar negeri dan pertahanan Jepang dan Filipina bertemu di Manila pada 8 Juli 2024 dan membahas antara lain, pakta pertahanan terobosan yang akan memungkinkan pasukan militer mereka untuk saling mengunjungi wilayah masing-masing.

Marcos mengatakan kepada wartawan: “Kami tidak akan mengikuti penjaga pantai dan kapal-kapal Tiongkok di jalan itu.”

Ia mengatakan, misi Angkatan Laut dan Penjaga Pantai Filipina adalah untuk meredakan ketegangan, dan tidak ada rencana untuk memasang meriam air di kapal.

Manila telah memprotes penggunaan meriam air oleh Beijing terhadap kapal-kapal Filipina di terumbu karang Thomas Shoal yang tenggelam, menggambarkannya sebagai pelecehan dan "manuver berbahaya", setelah meningkatnya ketegangan dalam beberapa bulan terakhir.

Kapal Induk Berpatroli di Lepas Pantai Filipina

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Selanjutnya, Tiongkok mengirim kapal induk keduanya, Shandong, dengan bobot sekitar 70.000 ton, untuk berpatroli di perairan lepas pantai Filipina.

Media Global Times menggambarkan hal ini sebagai tindakan pencegahan terhadap "provokasi Filipina yang terus-menerus" di pulau-pulau dan terumbu karang Tiongkok di Laut China Selatan.

Media pemerintah tersebut juga menginformasikan bahwa kapal induk tersebut sedang dalam latihan terjadwal untuk mempersiapkannya menghadapi kemungkinan pelayaran laut jauh ke Pasifik Barat.

Pengerahan Shandong dilakukan setelah Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) mengerahkan sejumlah kapal tempur permukaan utama, termasuk kapal perusak besar dan sedang serta kapal pendarat amfibi utama di Laut China Selatan mengingat meningkatnya konflik teritorial maritim dengan Manila.

Konfrontasi Tiongkok-Filipina atas klaim mereka di Laut China Selatan yang disengketakan berubah menjadi kekerasan (17 Juni 2024) ketika kapal angkatan laut kedua negara bertabrakan dalam insiden pertama setelah Tiongkok mengeluarkan aturan baru untuk bertindak terhadap kapal asing dan menahan orang asing yang "diduga melanggar peraturan" di perairan Tiongkok.

 

Insiden di Dekat Second Thomas Shoal

Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)
Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)

Sebuah kapal angkatan laut Filipina dan sebuah kapal Tiongkok bertabrakan di dekat Second Thomas Shoal di Laut China Selatan, yang diklaim oleh Manila.

Pada minggu pertama Juli 2024, China mengirim kapal induk Shangdong untuk berpatroli di perairan lepas pantai Filipina sebagai tanda kekuatan dan pencegahan bagi Manila dan Washington serta menggarisbawahi "tekad Tiongkok untuk melindungi kedaulatan laut teritorial" atas Second Thomas Shoal.

Tindakan semacam itu disengaja dan bersifat provokatif dan dapat mengindikasikan bahwa Tiongkok bermaksud melakukannya secara berkala, jika mereka memandang tindakan Manila sebagai ancaman terhadap keamanan nasional mereka.

Begitu kehadiran pasukan PLAN bertambah banyak, maka itu bisa berarti Tiongkok sedang mempersiapkan diri untuk perang.

Ini bisa jadi pandangan jangka panjang Tiongkok, meskipun saat ini tindakannya menandakan niat agresif tertentu.

Di sisi lain, China menuduh bahwa Filipina dengan sengaja menenggelamkan sebuah kapal angkatan laut pada tahun 1999 di Second Thomas Shoal, yang disebut Beijing Ren'ai Jiao, dan mengubah kapal yang rusak itu menjadi instalasi permanen yang diawaki oleh personel angkatan laut.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya