Uraian Media Inggris: Lion Air Jatuh Karena Fenomena Windshear?

Media Inggris BBC menyoroti windshear atau fenomena pesawat tertarik angin ke bawah yang diduga kuat sebagai penyebab jatuhnya pesawat Lion Air.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 18 Apr 2013, 10:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2013, 10:30 WIB
lion-130418b.jpg

Saat itu, Sabtu 13 April 2013, pukul 15.35 Wita, pendaratan pesawat Lion Air Boeing 737-800 rute Bandung-Bali gagal. Belum sampai menyentuh tanah, pesawat sudah jatuh terlebih dahulu ke laut. Untung saja, 101 penumpang dan 7 kru pesawat selamat, meski beberapa di antaranya mengalami cedera.

Kejadian ini langsung menyebar dan menjadi sorotan masyarakat. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Media News.com.au menyebutkan pengakuan warga negara Australia Ben Panangian dan 3 rekannya yang menolong para penumpang sesaat setelah pesawat 'mencium' air laut. Pengakuan serupa juga diutarakan warga negara Perancis, Jean Grandy yang menjadi penumpang pesawat nahas itu.

Soal penyebab jatuhnya Boeing 737-800 belum diketahui pasti. Dugaan sementara, seperti yang diungkapkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pesawat yang dipiloti M Gozali itu melakukan pendaratan undershoot atau pendaratan yang terlalu cepat.

Tapi Media Inggris BBC menyoroti fenomena windshear atau pesawat tertarik angin ke bawah, yang diduga kuat sebagai penyebab jatuhnya pesawat Lion Air.

Berikut uraian BBC yang dimuat pada 17 April 2013:

Biasanya pesawat jatuh atau kecelakaan karena masalah teknis atau kelalaian pilot. Tapi bisa juga disebabkan karena fenomena alam. Kejadian alam menjadi sorotan baru untuk Boeing 737-800 maskapai Lion Air yang jatuh di lepas pantai Bali pada 13 April, dengan posisi jatuh dekat dengan Bandara Ngurah Rai.

Sang pilot diketahui seorang yang berpengalaman dan berhasil menyelamatkan seluruh penumpang beserta kru. Tapi pilot tersebut sempat mengaku kepada Reuters bahwa saat mengalami masa-masa genting dan berjuang memegang kendali, pesawat berasa seperti diseret ke bawah oleh angin.

Apa yang diungkapkan sang pilot mengingatkan kembali akan fenomena windshear, suatu perubahan kecepatan arah angin secara mendadak yang membuat pesawat anjlok dari ketinggian. Hal ini biasanya disebabkan oleh badai angin yang kencang.

Ketika mendarat, pesawat biasanya dapat dikontrol agar dapat menempel tanah sesuai arah. Tapi perubahan mendadak dalam kecepatan dan arah angin dapat menyebabkan pesawat kehilangan kontrol, terutama selama lepas landas dan mendarat -- saat ketinggian pesawat semakin rendah ke tanah dan terjadinya pengurangan jarak antar pesawat dan tanah.

Seberapa besar kemungkinan bahwa fenomena windshear adalah penyebab kecelakaan Lion Air? Para pejabat dari National Transportation Safety Board atau Badan Nasional Keselamatan Transportasi AS, KNKT, dan BMKG tengah menyelidiki dan berharap dapat menemukan jawabannya bulan depan.

Untuk sementara, ditemukan bahwa pilot diketahui berpengalaman dan tidak mengonsumsi narkoba, dan pesawat Boeing 737 tak mengalami masalah teknis.

Meski demikian, dugaan adanya fenomena windshear dapat diperkuat oleh adanya fakta, yakni terjadinya badai dan hujan lebat selama beberapa menit usai pesawat jatuh.

Tapi fenomena windshear memang sangat mengerikan. Kondisi pesawat tertarik angin ini pernah terjadi sebelumnya mulai tahun 1964 hingga 1985 -- yang menyebabkan sekitar 26 pesawat sipil AS celaka dan menyebabkan korban tewas mencapai 500 orang dan korban luka 200 orang. Demikian yang dikatakan Badan Antariksa AS (NASA).

Insiden windshear paling terkenal juga melibatkan pesawat maskapai Delta Airlines Lockheed Tristar yang jatuh pada tahun 1985 dan menewaskan 134 penumpang dan awak.

Sejak itu, insiden windshear mulai berkurang setelah ditemukan teknologi FAA yang dikembangkan NASA untuk mengingatkan pilot akan datangnya windshear. Alat ini dapat mengingatkan pilot sekitar 10 sampai 40 detik sebelum diterpa windshear.

Tapi untuk saat ini, banyak yang belum diketahui soal windshear, masih misteri. Juga tidak diketahui apakah kecelakaan Lion Air disebabkan oleh windshear, apakah sistem peringatan windshear itu berfungsi pada pesawat dan mungkin pertanyaan terbesar untuk industri penerbangan: apakah windshear akan kembali menjadi perhatian serius?

Bukan windshear tapi downburst?

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Udara, Harry Bakti Gumay membantah Lion Air disebabkan karena adanya windshear.

"Windshear itu bisa dideteksi, ini berarti bukan windshear," katanya di Kementerian Perhubungan, Senin, 15 April 2013.

Dijelaskan dia, fenomena cuaca seperti windshear bisa dideteksi oleh alat yang dimiliki pesawat Boeing 737-800. Ia menduga apabila benar insiden jatuhnya pesawat Lion Air dikarenakan cuaca, maka disebabkan fenomena cuaca lain, bukan windshear.

"Bisa saja downburst (hentakan angin dari awan ke permukaan bumi), banyak sekali istilah cuaca. Tapi bukan windshear," katanya. (Riz)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya