Apakah Badai Matahari Berbahaya bagi Manusia? Ini Jawabannya

Badai Matahari itu memicu pemadaman radio gelombang pendek di wilayah Afrika dan Eropa, bagian Bumi yang disinari Matahari saat semburan suar terjadi. Suar Matahari berasal dari kelompok bintik matahari AR3842.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Okt 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2024, 03:00 WIB
Ilustrasi badai Matahari
Ilustrasi badai Matahari (NASA's Goddard Space Flight Center/Genna Duberstein).

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serika (NASA) melaporkan serangkaian badai matahari terjadi pada 3 Oktober 2024 lalu. Badai matahari ini melepaskan suar X9.05 yang memancarkan radiasi energi tinggi.

Melansir laman Space pada Senin (07/10/2024), letusan suar itu mencapai puncaknya pada pukul 08.18 ET (19.18 WIB). Badai ini digadang-gadang sebagai yang terkuat, bahkan lebih kuat dari 2017 silam.

Semburan matahari kali ini memecahkan rekor sebagai yang terkuat dalam siklus Matahari sejauh ini. Bahkan, ini merupakan suar matahari terkuat selama lebih dari tujuh tahun terakhir.

Badai Matahari itu memicu pemadaman radio gelombang pendek di wilayah Afrika dan Eropa, bagian Bumi yang disinari Matahari saat semburan suar terjadi. Suar Matahari berasal dari kelompok bintik matahari AR3842.

Pada 1 Oktober, wilayah bintik matahari yang sama menembakkan suar matahari X7.1. Fenomena ini melepaskan lontaran massa korona (CME) yang saat ini melesat ke arah bumi.

CME yang masuk tersebut menghantam bumi pada 3 Oktober dan 5 Oktober, dan memicu terjadinya aurora. Lalu, apakah badai matahari berbahaya bagi manusia?

Melansir akun X NASA pada Senin (07/10/2024), NASA menjelaskan bahwa Badai Matahari tidak memiliki bahaya apa pun bagi manusia yang berada di Bumi. Pasalnya, medan magnet Bumi dan atmosfer tebal melindungi dari dampak langsung fenomena tersebut.

"Bagi kita yang berada di lapangan, jawaban singkatnya adalah tidak. Medan magnet bumi dan atmosfer tebal melindungi kita dari dampak langsung badai matahari. Anda tidak memerlukan pelindung radiasi apapun - planet kita menyediakannya," tulis akun NASA.

Bumi mempunyai medan magnet yang kuat dan besar yang dihasilkan oleh besi cair bermuatan yang berputar di intinya, sehingga menghalangi angin matahari bermuatan yang mengalir menuju bumi. Hal inilah yang disebut magnetosfer.

Magnetosfer bumi cukup besar dan kuat yang membentang ratusan kali radius bumi atau kira-kira 4.000 mil. Magnetosfer menghadapi tekanan lebih besar pada sisi yang menghadap Matahari, yang luasnya 6 hingga 10 kali radius bumi (antara 25.000 mil hingga 40.000 mil).

Namun, berbeda dengan astronaut di luar angkasa yang tidak memiliki banyak pelindung, Badai Matahari akan memiliki dampak yang lebih besar terhadap mereka.

Partikel matahari yang energik dapat membuat astronaut terkena radiasi berbahaya. Dalam kondisi paling ekstrem, badai tersebut akan mengganggu komunikasi radio jarak jauh para astronaut yang berpotensi membahayakan.

NASA juga mengatur prosedur darurat bagi astronaut untuk berlindung saat terjadi Badai Matahari, seperti dengan penghentian sistem sensitif di satelit terlebih dahulu. Kemudian pesawat ruang angkasa astronaut yang harus dilengkapi tempat perlindungan.

 

Kemunculan Aurora

Fenomena Badai Matahari biasanya memicu kemunculan aurora di sejumlah wilayah di Bumi. Pasalnya, CME dapat memicu badai geomagnetik yang pada akhirnya bisa menghasilkan tampilan aurora.

CEM adalah pelepasan plasma dan medan magnet dari matahari. CME membawa partikel bermuatan listrik atau ion.

Ketika bertabrakan dengan magnetosfer bumi, ion-ion tersebut dapat memicu badai geomagnet. Selama badai ini, ion-ion berinteraksi dengan gas-gas di atmosfer bumi, melepaskan energi dalam bentuk cahaya.

Fenomena ini dikenal sebagai cahaya utara, atau aurora borealis, di belahan Bumi Utara, dan sebagai cahaya selatan, atau aurora australis, di belahan Bumi Selatan.

Dampak lain dari Badai Matahari ialah pemadaman radio. Wilayah-wilayah di Afrika dan Eropa terdampak fenomena ini dengan pemadaman radio gelombang pendek.

Hal tersebut merupakan hasil dari radiasi suar matahari yang mencapai bumi dan mengionisasi atmosfer bagian atas pada saat tiba. Ionisasi ini menciptakan lingkungan yang lebih padat bagi sinyal radio gelombang pendek frekuensi tinggi, yang memfasilitasi komunikasi jarak jauh, untuk melewatinya.

Ketika gelombang radio ini melewati lapisan terionisasi, gelombang radio ini kehilangan energi karena meningkatnya tabrakan dengan elektron. Hal ini dapat melemahkan atau sepenuhnya menyerap sinyal radio.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya