Indonesia Kutuk Operasi Militer Israel di Tepi Barat: Bahayakan Prospek Perdamaian di Gaza

Israel menamai operasi militernya di Tepi Barat, Tembok Besi. Tidak jelas kapan operasi militer itu akan berakhir.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 25 Jan 2025, 19:53 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2025, 19:53 WIB
Gedung Pancasila di Kementerian Luar Negeri RI.
Gedung Pancasila di Kementerian Luar Negeri RI. (Dok. Kemlu.go.id)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengutuk operasi militer besar-besaran yang dilakukan Israel terhadap masyarakat Palestina di Jenin, Tepi Barat yang diduduki.

"Eskalasi ini membahayakan prospek proses perdamaian pasca kesepakatan gencatan senjata di Gaza," ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI via platform media sosial X pada Sabtu (25/1/2025).

"Pelanggaran hukum internasional oleh Israel menunjukkan niat utamanya: menjadikan permanen pendudukan ilegalnya di wilayah Palestina."

Lebih lanjut, Indonesia menekankan bahwa akar permasalahan konflik ini sejak awal adalah penyangkalan terhadap hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

"Kami mendesak komunitas internasional untuk merespons ketidakadilan ini dan bekerja sama menuju Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sesuai prinsip Solusi Dua-Negara," sebut Kemlu RI.

Kematian, Kehancuran, dan Luka di Tepi Barat

Operasi Militer Israel di Tepi Barat
Tentara Israel terlihat di Balata, sebuah kamp pengungsi Palestina di Nablus, Tepi Barat, Kamis (23/11/2023). Penyerbuan tentara Israel ke wilayah permukiman warga ini menewaskan seorang warga Palestina dan melukai tiga lainnya. (AP Photo/Majdi Mohammed)... Selengkapnya

Pada Jumat (24/1), Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa serangan drone Israel terhadap sebuah kendaraan di dekat Kota Qabatiya di Tepi Barat menewaskan dua orang. Serangan ini berlangsung pada hari keempat operasi militer besar-besaran yang dilakukan Israel di dan sekitar kota Jenin.

Militer Israel menyatakan bahwa serangan drone pada Jumat menargetkan kendaraan yang mereka yakini membawa sel teroris. Namun, mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan serangan drone terjadi tepat sebelum pasukan Israel menyerbu Qabatiya dan memulai operasi penyisiran.

Adapun operasi militer yang sedang berlangsung di Jenin dan kamp pengungsi sekitarnya telah menyebabkan 14 warga Palestina tewas dan sekitar 50 lainnya terluka. Demikian menurut Kementerian Kesehatan Palestina seperti dikutip dari Al Jazeera.

Militer Israel juga mengumumkan penangkapan 20 orang yang mereka klaim sebagai "buronan" dan menyatakan telah menyita sejumlah senjata.

Selain menyebabkan jatuhnya korban jiwa, operasi militers Israel di Tepi Barat telah menyebabkan kerusakan besar. Bulldozer lapis baja dan ekskavator Israel menghancurkan rumah-rumah dan menggali jalan-jalan di area Jenin, memaksa sekitar 2.000 keluarga mengungsi.

Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Farhan Haq pada Jumat memperingatkan tentang situasi yang semakin memburuk di Tepi Barat dan mendesak Israel untuk melindungi warga Palestina. Dia menggarisbawahi, PBB sekali lagi memperingatkan bahwa taktik yang digunakan dalam operasi militer ini telah bersifat mematikan dan seperti perang, menimbulkan kekhawatiran tentang penggunaan kekuatan yang melebihi standar penegakan hukum.

Sebelumnya, juru bicara Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Thameen Al-Kheetan menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang penggunaan kekuatan yang tidak sebanding dan ilegal di Jenin, sambil memperingatkan potensi terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang luas.

Al-Kheetan menekankan tanggung jawab masyarakat internasional untuk memastikan Israel bertanggung jawab atas tindakan-tindakan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya