Liputan6.com, Kabul - Pihak berwenang Taliban yang berhaluan keras di Afghanistan mencambuk 20 laki-laki dan perempuan di muka umum pada hari Senin (24/2/2025), atas tuduhan perzinahan, pemerkosaan dan menjalin "hubungan tidak sah."
Mahkamah Agung Taliban melaporkan bahwa masing-masing terdakwa dijatuhi hukuman 39 cambukan dan hukuman penjara yang berkisar dari satu hingga tujuh tahun, dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (25/2/2025).
Advertisement
Baca Juga
Hukuman tersebut dilaksanakan di Provinsi Khost dan Parwan tengah, dengan disaksikan oleh warga setempat, pejabat kehakiman dan pemerintah.
Advertisement
Sejak merebut kembali kendali Afghanistan pada tahun 2021, Taliban telah melakukan hukuman cambuk secara terbuka terhadap ratusan laki-laki dan perempuan. Sebagian besar di antaranya didakwa dengan pelanggaran seperti perzinahan, sodomi, kawin lari, menjalin hubungan tidak sah dan pencurian.
Bulan ini saja, jumlah warga Afghanistan yang dihukum cambuk telah mencapai 86 orang, termasuk 17 perempuan, menurut data Mahkamah Agung.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengecam hukuman fisik yang dilakukan Taliban sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan martabat manusia, serta menyerukan agar praktik tersebut segera dihentikan.
Taliban Tak Diakui oleh Banyak Negara
Pemerintah Taliban, yang tidak diakui oleh negara mana pun, membela sistem peradilan pidana dan pemerintahan mereka dengan menyatakan bahwa tindakan mereka selaras dengan hukum Islam atau syariat, serta menolak kritik asing dengan menyebutnya tidak berdasar.
Para pemimpin de facto Taliban itu telah membatasi akses perempuan ke pendidikan dan pekerjaan, dan secara efektif menghapus sebagian besar dari mereka dari kehidupan bermasyarakat di Afghanistan. Hal ini terus menerus mendapat kecaman dari PBB, yang menyebutnya sebagai bentuk “apartheid gender” dan menyerukan agar kebijakan tersebut dibatalkan.
Advertisement
