Singapura yang damai, aman, dan stabil. Tapi tidak di Little India pada Minggu 8 Desember 2013 malam. Kerusuhan terjadi di distrik yang populer dengan pusat perbelanjaan yang buka 24 jam, Mustafa Centre.
Rusuh diduga terjadi setelah sebuah bus milik swasta menabrak dan menewaskan seorang pekerja keturunan India, yang sedang menyeberang jalan. Video yang diunggah di media sosial beberapa jam setelah kecelakan menunjukkan, massa yang marah membakar bus, padahal jasad korban masih berada di bawah kendaraan itu.
Seperti Liputan6.com kutip dari Strait Times, Senin (9/12/2013), identitas korban sudah diketahui. Dia adalah Sakthivel Kumaravelu, pria 33 tahun warga negara India.
Korban adalah pekerja konstruksi di perusahaan Heng Hup Soon selama 2 tahun.
Saksi mata yang mengidentifikasi jasad korban di kamar mayat Singapore General Hospital (SGH) mengatakan, keluarga belum diberitahu tentang kematiannya. Pria yang tak mau disebut namanya itu mengatakan, mayat korban tidak terpotong -- seperti yang diberitakan sejumlah media. Namun, Sakthivel Kumaravelu menderita luka di wajahnya.
27 Orang Ditangkap
Sebanyak 27 orang pria asal Asia Selatan terkait kerusuhan yang terjadi. Sejauh ini belum ditemukan indikasi keterlibatan warga negara Singapura.
Dari sebuah video amatir, di lokasi kejadian terlihat seorang pria dari kerumunan orang terlihat merusak kaca depan dan jendela samping bus dengan tongkat. Lainnya terlihat melempar tong sampah ke bus itu.
Kerumunan massa terus bertambah, berteriak dan berseru dalam Bahasa Tamil -- situasi berubah menjadi kekerasan dalam hitungan menit.
Sejumlah pihak merespons insiden dengan cepat. Ambulans dari Singapore Civil Defence Force (SCDF) dan mobil polisi tiba di persimpangan Race Course Road dan Hampshire Road setelah menerima laporan insiden pukul 21.23 waktu setempat.
Pihak SCDF berusaha menjangkau korban, yang terjebak di bawah bus, dengan alat-alat hidrolik. Namun tak berhasil, massa keburu menyerang. "Molotov dilempar ke arah petugas penyelamat SCDF saat mereka berusaha menjangkau korban," kata juru bicara SCDF.
Massa lantas di luar kendali. Menyerang polisi dan aparat yang tiba. "Sejumlah orang melempar polisi dengan molotov, dari botol bir yang dinyalakan. Saya melihat mereka melempar 10 botol," kata saksi mata, P. Kannan. Dua mobil patroli polisi dan ambulans juga dibakar di lokasi kejadian.
Itu adalah insiden yang amat mengejutkan untuk Singapura. Sebab, tak pernah terjadi kerusuhan rasial di negara tersebut sejak 1964.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong, lewat Facebook, Senin pagi mengatakan bahwa kerusuhan tersebut adalah 'insiden serius'.
"Situasi sekarang di bawah kendali dan penyelidikan sedang dilakukan. Apapun peristiwa yang telah memicu kerusuhan, tidak ada alasan untuk perilaku kekerasan, merusak, dan kriminal tersebut." kata dia.
Pemerintah, kata Lee Hsien Loong, akan mengidentifikasi pelaku dan akan menindak mereka. "Saya harap semua rakyat Singapura tetap tenang," kata dia. (Ein/Yus)
Rusuh diduga terjadi setelah sebuah bus milik swasta menabrak dan menewaskan seorang pekerja keturunan India, yang sedang menyeberang jalan. Video yang diunggah di media sosial beberapa jam setelah kecelakan menunjukkan, massa yang marah membakar bus, padahal jasad korban masih berada di bawah kendaraan itu.
Seperti Liputan6.com kutip dari Strait Times, Senin (9/12/2013), identitas korban sudah diketahui. Dia adalah Sakthivel Kumaravelu, pria 33 tahun warga negara India.
Korban adalah pekerja konstruksi di perusahaan Heng Hup Soon selama 2 tahun.
Saksi mata yang mengidentifikasi jasad korban di kamar mayat Singapore General Hospital (SGH) mengatakan, keluarga belum diberitahu tentang kematiannya. Pria yang tak mau disebut namanya itu mengatakan, mayat korban tidak terpotong -- seperti yang diberitakan sejumlah media. Namun, Sakthivel Kumaravelu menderita luka di wajahnya.
27 Orang Ditangkap
Sebanyak 27 orang pria asal Asia Selatan terkait kerusuhan yang terjadi. Sejauh ini belum ditemukan indikasi keterlibatan warga negara Singapura.
Dari sebuah video amatir, di lokasi kejadian terlihat seorang pria dari kerumunan orang terlihat merusak kaca depan dan jendela samping bus dengan tongkat. Lainnya terlihat melempar tong sampah ke bus itu.
Kerumunan massa terus bertambah, berteriak dan berseru dalam Bahasa Tamil -- situasi berubah menjadi kekerasan dalam hitungan menit.
Sejumlah pihak merespons insiden dengan cepat. Ambulans dari Singapore Civil Defence Force (SCDF) dan mobil polisi tiba di persimpangan Race Course Road dan Hampshire Road setelah menerima laporan insiden pukul 21.23 waktu setempat.
Pihak SCDF berusaha menjangkau korban, yang terjebak di bawah bus, dengan alat-alat hidrolik. Namun tak berhasil, massa keburu menyerang. "Molotov dilempar ke arah petugas penyelamat SCDF saat mereka berusaha menjangkau korban," kata juru bicara SCDF.
Massa lantas di luar kendali. Menyerang polisi dan aparat yang tiba. "Sejumlah orang melempar polisi dengan molotov, dari botol bir yang dinyalakan. Saya melihat mereka melempar 10 botol," kata saksi mata, P. Kannan. Dua mobil patroli polisi dan ambulans juga dibakar di lokasi kejadian.
Itu adalah insiden yang amat mengejutkan untuk Singapura. Sebab, tak pernah terjadi kerusuhan rasial di negara tersebut sejak 1964.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong, lewat Facebook, Senin pagi mengatakan bahwa kerusuhan tersebut adalah 'insiden serius'.
"Situasi sekarang di bawah kendali dan penyelidikan sedang dilakukan. Apapun peristiwa yang telah memicu kerusuhan, tidak ada alasan untuk perilaku kekerasan, merusak, dan kriminal tersebut." kata dia.
Pemerintah, kata Lee Hsien Loong, akan mengidentifikasi pelaku dan akan menindak mereka. "Saya harap semua rakyat Singapura tetap tenang," kata dia. (Ein/Yus)