Cara Latih Sensitivitas si Kecil

Orangtua dianjurkan untuk terlebih dulu memahami karakteristik perkembangan anak, jika ingin mengasah sensitivitasnya.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 06 Apr 2014, 09:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2014, 09:00 WIB
Bayi Baru Lahir
Ilustrasi (Foto: Sheknows.com)

Liputan6.com, Jakarta Orangtua dianjurkan untuk terlebih dulu memahami karakteristik perkembangan anak, jika ingin mengasah sensitivitasnya. Psikolog Anak dan Dosen di Fakultas Psikolig Universitas Indonesia, Rini Hildayani M.Si mengatakan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk mengasah sensitivitas anak.

*Belajar tentang diri dan dunia lewat pengembangan aktivitas sensoris dan motorisnya.

Orangtua dapat memulainya dari indera penciuman, perabaan, bahu, pengecapan, dan pendengaran.

*Berkomunikasi dengan cara menangis

Rini mengatakan, orangtua diminta untuk lebih sensitif, mengerti serta memahami arti dari tangisan bayinya. Apakah anaknya itu menangis karena lapar, kekenyangan, ngantuk, atau hanya ingin diperhatikan.

*Mulai mengembangi otonomi

Ketika menginjak usia 1 tahun, anak mulai mencoba untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri. Misalnya makan yang sudah tak ingin disuapi, dan mencoba untuk makan sendiri.

Hanya saja, orangtua merasa ketakutan kerap kali anak itu mengerjakannya sendiri. Inilah yang seharusnya dihindari. Ketakutan itu umumnya berupa, takut makannya jadi sedikit atau makanan akan tumpah, yang membuat rumah berantakan.

"Biarkan saja, beri mereka kesempatan untuk mencoba. Dengan kita memberikan kesempatan padanya untuk melakukan sendiri, sama dengan melatih motoriknya," kata Rini dalam acara `Happy Tummy Council Gut-Brain Axis: Pencernaan Sehat Awal si Kecil Cerdas` ditulis Jumat (4/4/2014)

*Berkembang dalam keterampilan motorik, namun masih terbatas untuk motorik halus

"Terkadang anak megang sendok tapi kebalik. Yang cembung di atas, yang cekung di bawah," kata dia menambahkan.

*Senang bergerak

*Mudah teralih perhatiannya

*Senang meniru perilaku orang lain


Anak memiliki kebiasaan senang meniru perilaku orang lain. Sebisa mungkin, senang meniru ini dijadikan `alat` untuk dijadikan model agar ia mau menyantap makanan yang sehat.

Ketika ini terjadi, orangtua harus lebih hati, karena bisa saja dia meniru apa yang Anda lakukan. Hal sederhananya, bila Anda ingin anak suka makan sayur dan buah-buahan, orangtua harus lebih dulu mencontohkannya di kehidupan sehari-hari.

"Anak dapat meniru apa yang dilakukan orangtua. Jadi, bila anak tidak suka makan sayur, bisa jadi karena orangtua yang tidak pernah mencontohkannya pada anak-anaknya itu," kata Rini menerangkan.

*Senang bermain

Rini menjelaskan, kesenangan bermain anak ini merupakan cara mudah untuk mengajaknya melakukan sebuah kegiatan yang menyenangkan. Tapi, usahakan untuk menjauhkannya dari gadget dan kegiatan menonton televisi ketika sedang makan.

"Kalau anak sambil main gadget, makan itu dianggap sambilan," kata dia menerangkan

Karena sifat anak yang gemar bermain, ajaklah anak melakukan kegiatan makan sambil bermain. "Misalnya, anak diajak menggulung makaroni. Atau mengoles-oleh roti serta menabur meses. Itu melatih motorik halunya," kata dia menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya