Liputan6.com, Jakarta Otak para pelaku tindak kekerasan tampaknya perlu memperoleh perawatan. Hasil riset dari para peneliti di University of Wisconsin-Madison Psycologist membuktikan adanya pola yang hampir mirip pada otak pembunuh atau pelaku kerusuhan.
Penemuan ini berasal dari hasil pemeriksaan otak yang dilakukan pada 500 responden. Dari riset tersebut ditemukan adanya indikasi hubungan pada tiga area otak yang mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang, yaitu bagian yang disebut orbital frontal cortex, anterior cingulate cortex dan amygdala.
Baca Juga
Fungsi orbital frontal cortex adalah sebagai pengontrol dorongan emosi manusia; anterior cingulate cortex akan memberi respon dari impuls atau dorongan yang masuk, sedangkan area kecil di otak yaitu amygdala akan menentukan respon yang dikeluarkan negatif atau positif.
Advertisement
Periset dari Wisconsin berhasil menemukan, bahwa aktivitas otak pada bagian orbital dan anterior cortex pada para pelaku kekerasan sudah sangat rusak. Bahkan beberapa bagiannya tidak berfungsi lagi. Jadi, meski area amygdala tetap normal, kerusakan pada orbital dan anterior inilah yang menjelaskan mengapa para pelaku kekerasan dan kejahatan sangat eksplosif pada situasi-situasi tertentu.
Salah satu orang yang diteliti mereka adalah Kip Kinkel, seorang pelajar yang membunuh orang tuanya, dua pelajar, dan mengancam 25 teman sekolahnya. Setelah dipindai ternyata otak Kinkel tidak normal dan terbukti menderita schizopherenia.
Â