Liputan6.com, Jakarta Berita duka kembali datang dari Mekkah. Kali ini peristiwa Mina kembali berulang pada perayaan Hari Raya Idul Adha tahun ini. Ratusan jemaah haji meninggal dunia karena saling menginjal saat menuju lokasi lempar jumrah di Jalan King Khalid, Mina, 5 kilometer dari Mekah.
Sampai saat ini jumlah jemaah yang tewas mencapai 717 jiwa dan 800 orang terluka, disampaikan oleh Badan Keamanan Sipil Arab Saudi. Sementara diketahui 1 orang jemaah dari Indonesia yang menjadi korban sedang diidentifikasi, jelas Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mekah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arsyad Hidayat.
Baca Juga
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir mengungkapkan kejadian tersebut berawal dari berhentinya sekelompok jamaah secara tiba-tiba pada pukul 07.00 waktu setempat atau pukul 11.00 WIB. Hal tersebut pun dikonfirmasi oleh tim KJRI Jeddah yang langsung menuju lokasi insiden. Mereka menduga kejadian tersebut terjadi akibat jemaah saling dorong.
Advertisement
Kejadian saling dorong jemaah haji ini diduga pula berkaitan dengan cuaca panas ekstrem pada siang dan sore hari di Arab Saudi sehingga terjadi penumpukan jemaah di satu hari.
"Pada waktu wukuf kemarin cuaca sangat panas, di atas 50 - 55 derajat celsius. Tentu cuaca ekstrem itu dihindari, banyak jemaah yang berusaha melontar jumrah pada pagi hari," kata Saleh, salah seorang jemaah haji yang dihubungi Liputan6.com, Kamis (24/9/2015).
Karena banyak yang memilih pagi hari itu, kata dia, jemaah haji berdesak-desakan untuk segera melakukan pelontaran jumrah Aqabah. "Ini mungkin yang mengakibatkan para jemaah panik dan saling dorong," kata Saleh.
Kerumunan konser
Kerumunan konser pun bisa juga terjadi
Meski belum diketahui secara pasti apa penyebab panik yang melanda kerumunan massa seperti yang terjadi pada musibah Mina ini, hal serupa juga bisa terjadi pada jenis keramaian lainnya, seperti pada konser musik, insiden di pusat perbelanjaan, atau pertandingan olahraga.
Lantas bagaimana agar kita terhindar dari serangan panik saat berada di kerumunan massa? Paul Wertheimer, crowd control expert yang mengelola Crowd Management Strategies, memberi tips penyelamatan diri, seperti dikutip dari laman Worldnomads, Kamis (24/9/2015).
Menurut Paul, Anda harus mengambil waktu untuk memperhatikan letak pintu keluar sesaat setelah tiba di suatu tempat. Biasanya orang akan segera menuju pintu keluar yang sama jika terjadi kondisi darurat, bukan karena hal itu lebih aman, namun karena merasa lebih familiar. Paul berkata, bisa jadi terdapat pintu keluar lainnya yang hanya digunakan oleh sedikit orang dan Anda bisa keluar lebih cepat melalui pintu tersebut. Akan lebih mudah jika Anda sudah mengetahuinya.
Paul mengingatkan untuk segera berusaha keluar jika mulai merasa tak nyaman berada di kerumunan tersebut. Banyak orang yang terlambat mengambil keputusan tersebut sehingga terjebak dan terombang-ambing dalam lautan orang.
Advertisement
Tips penyelamatan diri
Berikut tips penyelamatan diri dari Paul:
- Perkuat pijakan
- Simpan tenaga, jangan saling dorong dalam keramaian dan jangan berteriak
- Gunakan bahasa (gerakan) tubuh untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekeliling (menunjuk, melambaikan tangan, bahkan gunakan mata)
- Jaga agar tangan berada di depan dada, seperti petinju - posisi ini memberi Anda peluang untuk bergerak dan melindungi dada
- Jika berada dalam bahaya minta tolong untuk menarik Anda keluar
- Jika ada orang yang mengulurkan tangan meminta tolong pada Anda, raih dan bantu mereka agar tetap berdiri
Paul juga telah mengembangkan teknik untuk `melarikan diri` dari lindasan gelombang manusia. Dia menyebutnya `metode akordeon`.
"Setelah Anda terdorong ke depan, seperti gelombang, pasti ada jeda. Saat jeda itulah kesempatan Anda untuk bergerak, dan bergeraklah diagonal, di antara kerumunan orang. Selalu ada jeda di antara orang. Beberapa langkah ke pinggir, gelombang lain akan muncul, lalu ambil beberapa langkah lagi saat jeda berikutnya. Berusahalah keluar dengan cara tersebut hingga mencapai tepi luar," jelasnya.
Namun metode ini tak akan berhasil jika Anda telah terperangkap dalam kerumunan tersebut. "Saat Anda sama sekali tak bisa keluar, tak peduli seberapa besar tubuh, seberapa kuat Anda, dan juga tak penting apakah Anda ahli dalam crowd safety. Setelah beberapa saat Anda terperangkap," ucap Paul.
Â