Liputan6.com, Jakarta Kemajuan teknologi dan media sosial seharusnya digunakan para orangtua untuk mendapatkan konten-konten bagus dan berguna, seperti materi tentang pengasuhan anak, kebutuhan asupan gizi anak, juga segala informasi yang relevan dengan kebutuhan si buah hati. Bukan mengunggah sesuatu ke media sosial sebagai bentuk pencitraan saja.
Penjelasan itu disampaikan Psikolog Klinis Rosdiana Setyaningrum dalam diskusi `Tantangan Pola Pikir Orangtua Millenial Terhadap Pola Pengasuhan Anak di Indonesia` di Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2015).
"Masalah olahraga dan belajar dari orangtua lebih memiliki efek ketimbang orangtua melakukan pencitraan, di mana ini terjadi di Indonesia. Sebab, secara otomatis memberi tekanan buat si anak," kata Rosdiana menambahkan.Â
Advertisement
Baca Juga
"Sebagai contoh, jangan pakai baju ini, nanti terlihat jelek pas difoto. Kalau pakai ini nggak matching. Atau apa pun sehingga muncul di benak seorang anak harus tampil bagus di media sosial," kata Rosdiana mencontohkan.
Jika ini terjadi sampai anak besar, lanjut dia, sulit bagi mereka memerlihatkan jati diri dan siapa dia yang sebenarnya. "Karena di otaknya muncul pandangan untuk selalu tampil bagus karena dia selalu dilihat orang," kata dia menerangkan.
Rosdiana menjelaskan, orangtua yang berasal dari generasi millenial cenderung lebih pede dan optimis. Namun mereka sangat khawatir akan tuntutan sosial terutama di media sosial. Tak heran bila akhirnya para orangtua sering memamerkan potret keluarganya seolah-olah dianggap paling sempurna, sehingga tidak sungkan memperlihatkannya di media sosial untuk kepentingan pencitraan semata.