Liputan6.com, Amsterdam - Penyakit putri kaum ningrat ini tidak tertangani karena terlambatnya temuan bedah bypass jantung. Seandainya hidup di masa kini, sang putri tentu akan dianjurkan menjalani bedah yang kini menjadi semakin lazim tersebut.
Putri ningrat itu adalah Ahmose-Meryet-Amon, anak dari Firaun Seqenenre Tao II. Ia tinggal di Thebes—sekarang bernama Luxor—kira-kira antara 1540 SM dan 1550 SM. Pada usia 40 tahun, ia meninggal karena menderita penyakit jantung parah yang—kalau terjadi pada masa kini—dapat ditangani dengan bedah bypass jantung.
Baca Juga
Tulisan lawas History.com yang dibaca pada Sabtu (13/2/2016) menjelasakan bahwa penelitian lebih lengkap menunjukkan adanya kondisi jantung yang dikenal dengan atherosclerosis—pengapuran pada pembuluh darah jantung. Ternyata penyakit itu sudah ada sejak dahulu kala, di luar perkiraan sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Pada waktu pelaporan temuan, Ahmose-Meryet-Amon menjadi pembahasan dalam 2 presentasi di "International Conference of Non-Invasive Cardiovascular Imaging (ICNC)" di kota Amsterdam, Belanda, beberapa tahun lalu.
Dua presentasi itu membahas temuan dari pemindaian CT terhadap 52 mumi, termasuk mumi sang putri. Pemindaian dilakukan untuk mengetahui apakah warga Mesir Kuno juga mengalami atherosclerosis, yakni penumpukan lemak di arteri sehingga meningkatkan risiko serangan jantung ataupun stroke.
Penyakit itu dikaitkan dengan pangan yang tidak sehat dan gaya hidup yang sembrono. Padahal, dua alasan ini dipandang lebih kerap berlaku pada manusia modern, bukan manusia purbakala.
Dari 44 mumi yang masih jelas pembuluh arterinya, terlihat adanya pengapuran (calcification) yang mencirikan atherosclerosis.
Kata Gregory S. Thomas, direktur pendidikan kardiologi nuklir di University of California, Irvine, “Kita menduga atherosclerosis sebagai penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup masa kini, tapi jelaslah bahwa penyakit itu sudah ada 3.500 tahun lalu.”
Putri Ahmose-Meryet-Amon menyingkapkan kasus paling ekstrem. Pada saat kematiannya, timbunan kalsium pada 2 di antara 3 arterinya mengarah kepada sesuatu yang mengancam nyawa dan dapat berakibat fatal. Kata Thomas, “Di masa kini, ia memerlukan pembedahan bypass.”
Bukan hanya itu, dari penelitian yang bekerjasama dengan Adel Allam dari Universitas Al Azhar University di Kairo ini, terungkaplah bahwa atherosclerosis memiliki kaitan genetik yang lebih erat daripada yang diduga sebelumnya.
Allam juga menduga bahwa warga Mesir Kuno bisa saja rentan terhadap penyakit jantung koroner karena paparan kepada parasit yang memicu tanggapan inflamasi yang mengganggu sistem kekebalan mereka.
Tim itu juga menduga kaitannya dengan makanan, terutama untuk Ahmose-Meryet-Amon. Sebagai keluarga ningrat, ia kemungkinan dimanjakan dengan makanan yang lebih berlemak daripada warga kebanyakan.
Ia diduga menyantap lebih banyak daging, mentega, keju, dan garam (yang kerap dipakai sebagai pengawet). Di lain pihak, rakyat kebanyakan menyantap buah-buahan, sayur-sayuran, gandum, jelai, roti, dan bir.
Selain itu, sebagai bagian dari kaum elit, ada kemungkinan Ahmose-Meryet-Amon terbebas dari rutinitas kehidupan yang lebih berat yang dialami oleh rakyat jelata.