Liputan6.com, Jakarta Bermula dari keprihatinan tidak menemukan tempat praktik dokter gigi saat berlibur di Karimun Jawa, Gracety Shabrina tergerak mendirikan Dents Do. Komunitas yang memberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
"Dulu sering traveling. Maunya jalan-jalannya itu yang bermanfaat. Tapi belum menemukan maunya seperti apa. Karena basic mahasiswi kedokteran gigi, pas melihat tidak ada dokter gigi di Karimun Jawa, tergerak memberi penyuluhan," kata Grace, pendiri Dents Do (Dentist Day Out).
Baca Juga
Grace lalu bertanya ke penduduk setempat, apa yang mereka lakukan jika sesuatu terjadi pada giginya. "Mereka jawab pergi ke Jepara," kata Grace. Dari Karimun Jawa ke Jepara memakan waktu enam jam. Itu juga tidak mengendarai kendaraan bermotor, melainkan menyewa kapal motor. "Biaya sewa kapal tidak murah, sebesar 2 juta rupiah," ujar Grace.
Advertisement
Grace yang masih tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (FKG UNPAD) melihat ketimpangan jumlah praktik dokter gigi di Karimun Jawa dan di Bandung. "Di sana tidak ada, sedangkan di Bandung, di dekat rumah teman saya, ada empat praktik dokter gigi," kata Grace.
Komunitas Dents Do berdiri pada 23 Oktober 2012. Kala itu jumlah anggotanya masih delapan orang. Mereka lalu menerapkan sistem kaderisasi, terkumpullah 21 anggota sampai sekarang.
Karena status Grace dan teman-temannya adalah mahasiswi Co-Ass, mereka tak punya hak untuk memberi pelayanan dalam bentuk tindakan. "Kan masih semester 2 waktu itu. Sekarang juga masih Co-Ass. Jadi lebih ke penyuluhan saja dulu," kata Grace, 23 tahun.
Bagi Grace, harga diri seorang dokter adalah mengabdi. Dia juga percaya, ilmu yang dia dapat tidak akan berarti jika tidak diamalkan. Prinsipnya, sekecil apa pun ilmu yang dimiliki, haruslah dibagi-bagi.
"Kita berilmu saja nilainya nol. Tapi kalau diamalin bertambah jadi satu. Nilainya jadi 10, begitulah kata Rasullah," ujar Grace dalam diskusi Dokter Gigi Peduli di Kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (25/2/2016)
Sesuai visi yang dimiliki Dents Do, memberi pelayanan kesehatan gigi di Indonesia secara merata, Grace sudah menyambangi 94 titik di seluruh Indonesia. Dia dan tim tidak pernah menghitung sudah berapa banyak tempat yang disambangi. "Tak terasa sebentar lagi 100. Tapi yang belum ke Sulawesi dan Papua," ujar dia.
Yang menarik saat Grace jalan-jalan ke Badui Dalam. Penduduk di sana yakin bahwa penyakit gigi dapat terjadi akibat terlalu sering menyantap makanan pedas, bukan makanan manis. Penduduk di sana juga tidak mengenal sikat dan pasta gigi. Mereka mengandalkan sabut kelapa guna membersihkan kotoran yang menempel di mulut.
"Saat saya wawancara dengan ketua adat di Badui, ada yang cerai gara-gara sakit gigi," kata Grace.
Masyarakat Badui Dalam menganggap sakit gigi adalah kutukan. Siapa yang sakit gigi, berarti dia kena kutukan.
Kondisi memprihatinkan itu membuat Grace dan teman-temannya melakukan pendekatan selama 1,5 tahun. Tak lain untuk mengubah pola pikir mereka, menyikat gigi menggunakan sikat gigi dan pasta gigi. "Saya harus mendekati ketuanya dulu. Karena tidak bisa langung men-judge kalau cara mereka (menyikat gigi) salah," kata Grace.
Grace juga berbagi cerita tentang masyarakat di Kupang yang tidak pernah tahu kalau gigi itu harus disikat.
Tindakan yang dilakukan Grace bersama komunitas Dents Do yang didirikannya telah membuktikan siapa saja dapat membantu pemerataan kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Untuk itu, Pepsoden menganugerahkan 'Dokter Gigi Peduli' kepada calon dokter gigi masa depan ini.
Head of Professional Relationship Oral Care, PT Unilever Indonesia Tbk, drg Ratu Mirah Afifah GCClinDent., MDsc., mengatakan, ini membuktikan, Grace mampu mewakili tenaga kesehatan gigi lain yang telah mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran, dan ilmunya di pelosok negeri.
Ratu Mirah berharap, semakin banyak tenaga kesehatan gigi yang terketuk untuk mengabdikan ilmu dengan memberikan pelayanan terbaiknya di pelosok negeri guna menciptakan kesehatan gigi dan mulut yang baik bagi masyarakat Indonesia menyeluruh.
Grace mengatakan, bantuan yang diberikan Pepsodent akan ia gunakan membeli alat-alat dan dialokasikan sebagai dana ke tempat-tempat yang belum ia kunjungi.