Liputan6.com, Jakarta Kabar itu bagaikan petir di siang bolong. Lucia Sabubaran (40), sahabatku, terkulai lemas tak percaya dengan apa yang didengarnya. Luci, demikian ia biasa disapa tertunduk. Air mata membanjiri kedua pipinya yang halus. Bulu matanya yang lentik terus berkedip mencoba membendung air mata agar tak terus meleleh.
Ibu beranak dua ini, harus menerima kenyataan pahit. Dokter yang saat itu memeriksa kandungannya mengatakan bahwa Luci harus segera menjalani operasi pengangkatan rahim, akibat miom yang bersarang di rahimnya sejak hamil pertama. Luci mengetahui ada miom, saat memeriksakan kehamilan anak pertamanya. Miom dan bayi sama-sama tumbuh di dalam rahimnya. Hingga saat proses kelahiran tahun 2008, miom sebesar 9 cm bergeming di rahimnya. Dokter tak berani mengangkat miom bersamaan dengan sang bayi karena khawatir akan terjadi pendarahan hebat yang bisa berakibat fatal bagi si ibu.
Baca Juga
Advertisement
Baca Juga
Satu bulan setelah pulih dari operasi caesar, Luci memilih pengobatan alternatif di Pondok Gede. Ramuan dari bahan-bahan herbal seperti jamu ia minum setiap hari, hingga akhirnya miom 9 cm itu pun mengecil. Namun tiba-tiba, Lusi mengalami pendarahan hebat dan memaksanya segera dibawa ke Rumah Sakit Medistra.
Kedua kalinya ia harus masuk ke ruang operasi. Miom memang mengecil dan luruh, sehingga dokter hanya perlu mengambilnya melalui vagina, tanpa perlu pembedahan. Operasi berjalan lancar meski Kuci harus mendapatkan tambahan darah atau transfusi hingga beberapa kantong darah. Namun dokter yang mengoperasi Luci mengatakan kalau miom memang telah luruh, hanya saja batang miom masih tertinggal di rahim, sehingga potensi untuk tumbuh lagi masih ada.
Tahun 2010, Luci hamil anak kedua. Wanita berdarah Flores-Jawa ini merasa lega, karena kehamilan keduanya ini tak dibarengi dengan tumbuhnya miom. Hingga selama proses kehamilan sampai dengan kelahiran semua lancar tanpa keluhan apa-apa.
Berprofesi sebagai tenaga medis asisten apoteker di Rumah Sakit Medistra Jakarta, menuntutnya untuk selalu peduli akan kesehatan. Terlebih dengan riwayat miom yang dialaminya. Luci pun rutin memeriksakan kandungannya dua bulan sekali. Dan pap smear tiap 2 tahun sekali. Juga vaksin kanker serviks dijalankannya.
Tumbuh kembali
Tumbuh kembali
Kebiasaan baik ini, setidaknya menjadi deteksi dini akan serangan penyakit organ reproduksinya. Tahun 2014, ketika Lusi melakukan pap smear, untuk kedua kalinya Luci mendapati miom sebesar 5cm tumbuh kembali di rahimnya. Dokter Idrus yang memeriksanya, menyarankan segera melakukan operasi pengangkatan rahim karena 70 persen rahim Luci telah “dikuasi” miom, seperti benalu yang terus menggerogoti rahimnya.
Kenyataan pahit ini harus ditelannya, istri Thaokit Raharjo (37) ini tak kuasa menahan rasa sedih atas vonis dokter ini. Namun Luci tak ingin cepat–cepat mengikuti saran dokter Idrus. Ada ketakutan menyeruak dalam hatinya, hingga ia memutuskan membiarkan miom di rahimnya.
Dua tahun dijalaninya aktivitas sehari-hari sambil mengabaikan benda asing di dalam tubuhnya. Rupanya tak semudah apa yang ia bayangkan. Keputusan menunda operasi justru memperpanjang penderitaan. Setiap datang bulan, Luci harus menghadapi rasa takut. Wanita berkulit hitam manis ini bakal mengalami nyeri hebat di perutnya dan pendarahan setiap bulan. Rasanya luar biasa sakit melebihi sakit gigi.
Ya, itulah yang dialaminya. Bahkan beberapa kali ia harus masuk rumah sakit untuk transfusi darah karena HB-nya selalu turun setiap kali menstruasi. Belum lagi rasa nyeri di perut yang terus ia rasakan tiap pagi, meski tak lagi datang bulan. Dan kata dokter, pengangkatan rahim adalah keputusan yang sulit baginya.
Ia masih pikir-pikir. Saat ini ia merasa masih muda, aktivitas seks masih kerap dijalani dan produktif. Luci tak mau kehilangan semua itu. Namun dokter menjelaskan bahwa rahim yang diangkat tak ada hubungannya dengan kehidupan seksual seseorang. Rupanya itu yang ditakutkan Luci.
“Sel telur, mulut rahim tetap ada, sehingga aktivitas seksual tetap bisa dilakukan. Hanya saja Ibu tak bisa punya anak lagi,” cerita Lusi menirukan ucapan dokter Idrus.
Dengan operasi justru akan membuat Luci semakin sehat. Setelah melakukan second opinion ke dokter kandungan lainnya (hasilnya sama) Luci akhirnya menerima saran dokter Idrus. Selasa (7/3/2016) jam 8.00 WIB, Lusi menjalani operasi pengangkatan miom di Rumah Sakit Medistra. Miom sebesar 6.7cm akhirnya telah merenggut rahim sahabatku Luci.
Advertisement
Makanan gurih
Makanan gurih
Makanan gurih banyak dijumpai pada makanan ringan, makanan cepat saji dan juga makanan rumahan. Di balik makanan yang gurih dan enak ada satu zat yang tak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan terus menerus. Vetsin atau Monosodium glutamate (MSG) adalah bahan penyedap rasa yang diyakini sebagai salah satu pemicu dari munculnya penyakit seperti kanker. Setidaknya itu yang dikatakan dokter pada Luci.
Sayang, Luci sudah terlanjur biasa dengan makanan itu. Kebisaannya yang gemar mengonsumsi makanan gurih dan banyak micin (vetsin) disinyalir menjadi penyebab suburnya miom di rahimnya. Disamping juga karena faktor genetik. Rahim mamanya juga telah diangkat, karena miom.
Kini Luci sudah tenang. Sambil menunggu pemulihan, dia berharap hidupnya akan kembali normal, tanpa rasa sakit dan dia masih bisa menikmati kemesraan bersama suami dan anak-anaknya. (Retno Wulandari)