Mengapa Menelan Air Liur Tetap Haus?

Sekitar 98 persen kandungan air liur adalah air, tapi mengapa saat menelannya rasa haus kita tidak hilang?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 11 Apr 2016, 15:30 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2016, 15:30 WIB
Air liur
Sekitar 98 persen kandungan air liur adalah air, namun mengapa saat menelannya rasa haus kita tidak hilang?

Liputan6.com, New York- Saat sedang haus, menelan air liur tidak akan membuat dahaga terpuaskan. Mengapa bisa begitu? Padahal sekitar 98 persen kandungan air liur adalah air.

Memang air liur terdiri dari air. Namun ini adalah cairan yang mengandung protein dan enzim sehingga jauh lebih pekat dari air, seperti diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam, Len Horovitz.

Sementara itu, air minum yang biasa kita konsumsi sehari-hari sangat rendah kandungan garam dan zat-zat lainnya dibandingkan cairan di tubuh. 

Hal ini terkait dengan osmosis atau perpindahan molekul air dari yang berkonsentrasi encer ke yang pekat. "Ketika Anda mengonsumsi zat yang kurang pekat, tubuh bisa menyerapnya dan jadi terhidrasi. Namun ketika mengonsumsi yang memiliki kepekatan tinggi dibandingkan tubuh, hal ini akan membuat Anda dehidrasi," tutur dokter Horovitz kepada laman Live Science, Senin (11/4/2016).

Air liur pun mengandung garam sehingga akan membuat Anda lebih haus jika menelannya. Karena cairan akan mengarah kembali ke air liur dan bukan ke sel-sel tubuh yang perlu cairan.

"Dengan kata lain, air liur bukan seperti air biasa," ujar dokter yang berpraktik di Lenox Hill Hospital, New York, Amerika Serikat ini.

Meski tidak memuaskan rasa haus, air liur memiliki banyak fungsi. Air liur berperan melumasi makanan sehingga mudah dikunyah dan dicerna. Air liur juga mengandung enzim yang membantu tubuh memecah lemak dan protein.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya