Apa Hubungan Antara Kudapan Keripik dengan Rasa Bosan?

Mengapa kita cenderung memilih makanan tidak sehat begitu dilanda rasa bosan?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 27 Apr 2016, 14:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2016, 14:00 WIB
Keripik
Orang cenderung memilih makanan tidak sehat berupa keripik, makanan cepat saji, atau permen setelah menyelesaikan tugas yang membosankan.

Liputan6.com, Jakarta Kita cenderung memilih makanan tidak sehat seperti keripik atau makanan cepat saji begitu dilanda rasa bosan. Semua usaha untuk hidup sehat dengan membiasakan mengonsumsi makanan rendah lemak, rendah kalori, serta rajin olahraga 45 menit setiap hari bisa jadi sia-sia jika selalu beralih pada makanan tak sehat setiap kali rasa bosan menghampiri.

Menurut Dr Sandi Mann dari University of Central Lancashire, hal ini umum terjadi karena dopamin yang tiba-tiba berkurang semacam meminta "obat" agar kerjanya kembali maksimal. Namun, obat yang ia inginkan berupa makanan tinggi lemak dan tinggi gula seperti keripik.

"Orang-orang yang merancang kampanye untuk mendorong kita membuat pilihan makanan sehat seharusnya perlu juga mencari alternatif makanan sehat ketika dilanda rasa bosan. Termasuk bosan di tempat kerja, bosan dengan rekening yang tidak bertambah, dan rasa bosan yang lain," kata Sandi dikutip dari Daily Mail, Rabu (27/4/2016). Ia telah mempresentasikan temuan ini di konferensi tahunan "British Psychological Society" di Nottingham. 

Dua studi dilakukan Sandi dan tim guna melihat kebiasaan buruk ini. Pertama, 52 orang respondens dimasukkan ke dalam situasi benar-benar membosankan sehingga muncul perasaan ingin menyantap makanan terus menerus. Kedua, 45 respondens lain diberi tontonan satu video lucu namun membosankan.

Peneliti menyelipkan mangkuk berisi makanan ringan tinggi lemak dan gula di kedua studi ini yang sudah ditimbang. Begitu selesai, mangkuk itu kembali ditimbang.

Dan hasilnya, orang cenderung memilih makanan tidak sehat berupa keripik, makanan cepat saji, atau permen setelah menyelesaikan tugas yang membosankan. Namun, itu tidak berlaku di orang-orang yang selesai menonton video membosankan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya