Penelitian Ini Berusaha Hidupkan Lagi Otak yang Mati

Akan dicoba menyuntikkan sel-sel punca ke dalam otak sehingga memberikan zat-zat kimia bermanfaat pada syaraf tulang belakang.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 06 Mei 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2016, 08:00 WIB
Sel punca
Penelitian baru ini berusaha menghidupkan kembali otak yang sudah mati menggunakan sel punca.

Liputan6.com, Philadelphia - Suatu perusahaan bioteknologi di AS baru saja mendapatkan ijin etika dari National Institutes of Health supaya bisa memanfaatkan 20 orang pasien yang mati otaknya guna suatu penelitian kontroversial. Mulai tahun depan, mereka berencana merangsang sistem syaraf agar bisa ‘menyalakan’ lagi otak yang mati pada pasien-pasien itu.

Bioquark berharap proyek ReAnima ini bisa mengungkapkan apakah seseorang bisa dikembalikan dari kematian, setidak-tidaknya sebagian daripadanya.

Penting untuk dipahami bahwa, hingga saat ini, tidak banyak bukti untuk mengetahui apakah upaya itu cukup realistis ataupun serius. Panel yang memberi persetujuan termasuk Dr. Calixto Machado, seorang peneliti neurologis terkenal sekaligus anggota American Academy of Neurology. Ia juga telah banyak menulis tentang kematian otak. Sepertinya sudah ada persetujuan dari pihak berwenang di AS. 

Dikutip dari IFL Science pada Jumat (6/5/2016), tim proyek itu akan menjajal kombinasi sejumlah terapi pada para peserta yang secara medis sudah disebut mati batang otak dan dijaga keawetan tubuhnya menggunakan mesin-mesin pendukung kehidupan.

Salah satu yang akan dicobakan adalah menyuntikkan sel-sel punca ke dalam otak sehingga memberikan zat-zat kimia bermanfaat pada syaraf tulang belakang, dan juga teknik-teknik perangsangan syaraf yang telah terbukti menarik orang keluar dari keadaan koma.

Setelah pelaksanaan tiap-tiap terapi, tim itu akan memantau kegiatan otak para peserta selama beberapa bulan dan berharap menemukan tanda-tanda reaktivasi neurologis.

Fokus mereka adalah pada pucuk syaraf tulang belakang, yang merupakan bagian terbawah saluran otak yang mengendalikan fungsi-fungsi kardiorespiratori seseorang, yakni pernafasan dan detak jantung.

Pemindaian MRI pada otak penderita ensefalitis Rasmussen/ (Sumber techinsider.io)

“Untuk melakukan prakarsa rumit itu, kami menggabungkan perangkat kedokteran regeneratif biologis dengan peralatan kedokteran lain yang biasa dipakai untuk stimulasi sistem syaraf pusat pada pasien lain yang menderita gangguan serius kesadaran lainnya,” kata Ira Pator, CEO di Biorquark, Inc., seperti dilaporkan Telegraph. “Kami berharap melihat hasilnya dalam 2 atau 3 bulan ke depan.”

Sistem syaraf pusat bersifat bioelektrokimia, yang artinya sistem itu menggunakan zat-zat kimia yang dihasilkan secara biologis—yakni neurotransmitter—untuk memancarkan sinyal-sinyal listrik ke seluruh tubuh.

Neuron-neuron bisa dirangsang dengan arus listrik, sehingga, pada orang yang sedang koma, neuron yang ada masih bisa menanggapi rangsangan listrik. Namun demikian, dalam hal kematian otak, neuron-neuron mulai berkurang dan rusak. Supaya terjadi ‘kebangkitan’ kembali, tim perlu merangsang regenerasi neuron-neuron pada pasien-pasien penderita kematian otak ini.

Di sinilah kemungkinannya sel punca berperan. Sel-sel punca berada dalam tahap paling primitif sehingga bisa mengembangkan diri menjadi sel apapun di dalam tubuh manusia.

Sebagai contoh, sudah banyak kemajuan luar biasa penggunaan sel-sel punca untuk memperbaiki jantung, pankreas, mata, atau bahkan jaringan otak yang rusak. Namun masih panjang jalannya supaya sel-sek punca dapat begitu saja disuntikkan ke dalam tubuh manusia supaya mereka bisa membentuk lagi sel apapun yang telah hilang.

Percobaan akan dimulai di Rumah Sakit Anupam di Rudrapur, provinsi Uttarakhand di India. Pada tahap ini, orang yang mengalami kematian otak akan terus menerus dipasok cairan peptid, yaitu zat kimia yang dapat berperan sebagai neurotransmitter, berbarengan dengan suntikan sel-sel punca setiap dua minggu.

“Visi jangka panjang kami adalah kemungkinan pemulihan sepenuhnya pasien-pasien itu, walaupun itu bukanlah fokus penelitian pertama,” imbu Pastor. “Tapi menjadi jembatan ke sana.”

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya