Liputan6.com, Jakarta Mitos seks seringkali sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya. Saat masuk telinga kanan, rumor seks akan mempengaruhi otak, sehingga semua orang begitu mudah untuk mempercayainya. Seperti, menggunakan dua kondom lebih aman ketimbang satu.Â
Baca Juga
Melansir Shape, Selasa (17/5/2016), ini 5 mitos seputar seks yang mudah menyebar dan dipercaya:
Advertisement
Meski memiliki kemungkinan kecil, seks saat menstruasi dapat membuat wanita hamil selama berhubungan tanpa kondom. Menurut Emily Morse ahli kencan, sperma bisa tetap hidup selama seminggu setelah masuk ke dalam tubuh wanita.
Ejakulasi pada wanita
Ejakulasi tak hanya dialami pria. Faktanya wanita juga dapat mengalami ejakulasi. Berbeda dengan pria, ejakulasi wanita yang menyerupai cairan putih seperti keputihan keluar sebelum klimaks. Banyak wanita yang tak menyadari hal ini, apakah mereka mengalami ejakulasi atau tidak.
Afrodisiak pendongkrak seks
Makan buah berlapis cokelat bersama pasangan memang tampak erotis, namun tak berarti libido akan meningkat begitu saja. Ada banyak penelitian yang menunjukkan beberapa hal yang dapat meningkatkan seks dan hal tersebut tidak dipengaruhi oleh makanan afrodisiak.
Gairah seks pria lebih besar ketimbang wanita
Gairah seks dipengaruhi oleh hormon testosteron, pada pria kadarnya memang lebih tinggi daripada wanita. Meski begitu, menurut konselor seks di AS, Denise Knowles, faktanya bisa lain. Keluhan menurunnya gairah seks para pria bertambah dan ini berkaitan dengan gaya hidup, jadi tidak melulu dipengaruhi hormon. Mungkin saja kadar hormon testosteron pria itu normal, tetapi ia mengalami kelelahan, stres, gairah seksnya bisa menurun.
Usia yang menua, kegemukan, kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol dan psikotropika, bisa pula berdampak pada ereksi. Jadi, para wanita jangan percaya mitos. Wanita pun bisa menjadi motivator atau pegang kendali saat berhubungan seks.
Orgasme pada wanita mempercepat kehamilan
Mitos ini didasari oleh kontraksi vaginal selama wanita orgasme membantu sperma melesat untuk membuahi telur. "Faktanya, jika sperma tidak trengginas atau kurang gesit, kontraksi tak cukup kuat untuk mendorongnya menuju sel telur," kata Dr. Dawn Harper, seorang ahli seksologi di AS.