Liputan6.com, Jakarta - Sebuah tinjauan empat peneliti yang melibatkan sekitar 350.000 orang menemukan nasi putih lebih banyak dikonsumsi orang. Orang Asia cenderung memiliki asupan nasi putih jauh lebih tinggi yaitu tiga sampai empat porsi per hari.
Sedangkan orang Barat, hanya satu atau dua porsi per minggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli dari Harvard School of Public Health, dan Harvard Medical School, dua studi dari Asia (China dan Jepang), dan dua dari Barat (AS dan Australia) menunjukkan bahwa orang Asia memiliki kesempatan lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.
Baca Juga
Sementara populasi Barat biasanya rendah. Para peneliti mengatakan, dilansir laman Independent, Jumat (26/8/2016), "Konsumsi nasi putih relatif tinggi, dan itu meningkatkan risiko diabetes."
Advertisement
Dalam total populasi, para ahli mengatakan bahwa setiap porsi ekstra nasi putih (dengan asumsi 158g per porsi) risiko diabetes tipe 2 meningkat sekitar 11 persen. Penulis di British Medical Journal menyimpulkan, "Kami menemukan bahwa konsumsi beras putih lebih tinggi dikaitkan dengan risiko yang signifikan dari diabetes tipe 2. Ini tampaknya lebih kuat di Asia daripada populasi Barat."
Dr Glenys Jones, ahli gizi di Medical Research Council's Human Nutrition mengatakan, "Sangat penting untuk dicatat bahwa studi ini tidak menunjukkan atau membuktikan bahwa konsumsi beras putih menyebabkan diabetes."
Dr Frame, direktur penelitian diabetes di UK menjelaskan, "Penelitian baru ini adalah review penelitian sebelumnya yang mengamati hubungan antara konsumsi beras putih dan diabetes tipe 2. Tapi belum terlihat apakah makan nasi putih sebenarnya meningkatkan risiko diabetes tipe 2 atau tidak."
"Beras adalah karbohidrat khas yang menyertai makanan, terutama pada populasi Asia. Sebagai konsultan diabetes, Anda hanya ditekankan perlunya manajemen berat badan untuk mencegah diabetes, dan penurunan berat badan sebagai bagian penting dari tipe 2 manajemen diabetes, ujar Dr Katarina Kos, konsultan kehormatan pada diabetes dan endokrinologi di Peninsula College of Medicine, dan Kedokteran Gigi.