Inovasi SGLT-2 Inhibitor Enavogliflozin, Bantu Pasien Diabetes Tipe 2 Keluarkan Glukosa Lewat Urine

Salah satu SGLT-2 inhibitor terbaru adalah Enavogliflozin yang merupakan SGLT-2 inhibitor pertama dari Korea yang dikembangkan secara mandiri.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Des 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2024, 16:00 WIB
Inovasi SGLT-2 Inhibitor Enavogliflozin, Bantu Pasien Diabetes Tipe 2 Keluarkan Glukosa Lewat Urine
Inovasi SGLT-2 Inhibitor Enavogliflozin, Bantu Pasien Diabetes Tipe 2 Keluarkan Glukosa Lewat Urine. Foto: Daewoong.

Liputan6.com, Jakarta - Pengobatan untuk diabetes melitus tipe 2 kian menunjukkan kemajuan. Salah satunya perkembangan dari obat Sodium-Glucose Cotransporter-2 (SGLT-2) Inhibitor.  

SGLT-2 inhibitor adalah obat yang efektif untuk diabetes mellitus tipe 2. Salah satu SGLT-2 inhibitor terbaru adalah Enavogliflozin yang merupakan SGLT-2 inhibitor pertama dari Korea yang dikembangkan secara mandiri.

Enavogliflozin berperan menurunkan kadar gula darah dengan menghambat ginjal untuk menyerap kembali glukosa, sehingga glukosa dikeluarkan melalui urine.

Mekanisme ini tidak hanya meringankan beban pada ginjal dan jantung, tetapi juga mengurangi risiko gagal ginjal dan jantung secara simultan mengeluarkan natrium dan glukosa.

“Kami sangat senang dapat memperkenalkan pengobatan diabetes yang dikembangkan sendiri oleh Daewoong,” ujar Tim Klinis Global Daewoong Pharmaceutical, Deskhilandi Nugroho, MD., dalam Jakarta Diabetes Meeting (JDM) pada 23 November 2024.

Menurut International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menempati peringkat kelima di dunia dengan jumlah pasien diabetes tertinggi. Yaitu 19,5 juta orang dewasa dengan tingkat prevalensi 10,8 persen pada tahun 2021, yang diproyeksikan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045.

“Enavogliflozin, dengan dosis serendah 0,3 mg—kurang dari 1/30 dari SGLT-2 inhibitor yang ada—telah menunjukkan efektivitas yang setara atau bahkan lebih unggul. Obat ini lebih baik dari dapagliflozin, SGLT-2 inhibitor pertama di dunia,” ujar pria yang akrab disapa Deski.

Lebih Efektif dari Dapagliflozin

Indikator utama pengelolaan diabetes menunjukkan perbaikan signifikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang menggunakan Enavogliflozin.

Indikator utama pengelolaan diabetes ini termasuk kadar glukosa plasma puasa (Fasting Plasma Glucose), hemoglobin terglikasi (HbA1c), tingkat ekskresi glukosa urine (Urinary Glucose Excretion Rate), dan indeks resistensi insulin (HOMA-IR).

Setelah 24 minggu pengobatan, 78,1 persen pasien yang menggunakan Enavogliflozin mencapai tingkat HbA1c di bawah 7 persen, dibandingkan dengan 65,7 persen pada dapagliflozin. Enavogliflozin juga lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah puasa dan meningkatkan ekskresi glukosa urine sebesar 31 persen, dengan perbaikan resistensi insulin sekitar 60 persen lebih besar.

Opsi Pengobatan yang Baik untuk Pasien Diabetes Tipe 2

Berdasarkan hasil baik yang dimiliki Enavogliflozin, CEO Daewoong Pharmaceutical, Seongsoo Park berharap dapat menawarkan opsi pengobatan yang sangat baik bagi pasien diabetes tipe 2 di Indonesia.

“Kami terus berkolaborasi dengan para ahli ternama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk mendorong adopsi Enavogliflozin sebagai pengobatan terbaru untuk diabetes. Daewoong berkomitmen untuk menyediakan obat-obatan berkualitas premium yang meningkatkan kualitas hidup secara global, termasuk di Indonesia,” jelas Seongsoo Park.

Selama dua dekade, pihak Seongsoo Park memandang Indonesia bukan hanya sebagai pasar internasional, tetapi juga sebagai mitra kolaborasi utama untuk pertumbuhan sejak membuka cabangnya di Jakarta pada tahun 2005.

Beri Beasiswa bagi Mahasiswa Indonesia

Pada 2009, Daewoong mulai memberikan program beasiswa dan magang bagi mahasiswa di beberapa universitas di Indonesia.

Pada 2012, Daewoong mendirikan fasilitas biofarmasi pertama di Indonesia, Daewoong Infion, yang memfasilitasi transfer teknologi untuk produksi biofarmasi dan menyediakan pengobatan seperti Erythropoietin (EPO) untuk anemia dan Epidermal growth factor (EGF) untuk luka kaki diabetik.

Selain itu, sejak 2018, Daewoong telah memperluas infrastruktur penelitiannya dengan membuka tiga laboratorium:

  • Bio Technology Research Center pada 2018
  • Bio Analytic Center pada 2022 di Universitas Indonesia (UI)
  • Daewoong Drug Delivery System Laboratory (DDS) di Institut Teknologi Bandung (ITB), yang diluncurkan pada 2024.

Selain itu, Daewoong telah berkolaborasi dengan seorang gastroenterolog ternama sejak bulan Agustus untuk mempelopori uji klinis pengobatan GERD menggunakan Fexuprazan.

Fakta Mengenai Risiko Diabetes Melitus
Infografis Journal_ Fakta Mengenai Risiko Diabetes Melitus (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya