7 Hal yang Bikin Pernikahan Rentan Perceraian

Hampir setengah dari pernikahan berakhir dengan perceraian.

oleh Nilam Suri diperbarui 31 Jan 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2017, 15:30 WIB
Perceraian
Hampir setengah dari pernikahan berakhir dengan perceraian.

Liputan6.com, Jakarta Semua orang tentunya menikah dengan niat yang baik. Sayangnya, hal itu tak berhasil mencegah 40 - 50 persen pernikahan berakhir dengan perceraian.

Walaupun penelitian baru-baru ini menemukan, semakin sedikit jumlah pasangan--yang lulusan kuliah dan menikah di usia yang lebih tua--bercerai. Namun fakta buruknya tetap masih ada. Hampir setengah pernikahan di AS berakhir dengan perceraian.

Setiap orang dan setiap pasangan tentu berbeda. Mereka memiliki pengalamannya masing-masing, yang lantas mempengaruhi kehidupan pernikahan. Namun para ahli berhasil mengerucutkan alasan pasangan bercerai menjadi tujuh alasan.

Ketahui apa saja yang jadi alasan perceraian dan usahakan Anda bisa menghindarinya, melansir She Knows, Selasa (31/01/2017):

1. Memendam kebencian

Kita semua pernah membuat kesalahan dalam hubungan dan kita. Kebanyakan dari kesalahan tadi bisa dimaafkan, selama orang yang melakukannya mau bertanggungjawab dan memperbaiki diri.

Sayangnya, hal itu tidak menjamin pasangan yang tersakiti bisa melupakannya. Rasa marah yang tersisa--dan terpendam--bisa menghancurkan pernikahan.

"Jika Anda merasakan kebencian terhadap sesuatu, hal itu adalah suatu tanda peringatan," ujar Dr. Tina Tessina, seorang psikoterapis yang telah praktik selama 30 tahun dan menulis 13 buku tentang hubungan.

"Kebencian itu seperti karat yang bisa melahap fondasi hubungan. Anda perlu berbicara mengenai hal ini, menyelesaikannya. Argumen yang tak berkesudahan dan terus berulang juga adalah tanda masalah." Selesaikan dan lupakan setiap masalah Anda untuk menghindari perceraian.

Karena uang dan tak lagi bekerjasama

Perceraian
Pertengkaran tentang uang, namun tanpa solusi bisa jadi penyebab perceraian.

2. Lupa bekerja sebagai tim

Ketika Anda menikah, ibaratnya hal itu seperti menerbangkan pesawat Anda dengan co-pilot terbaik. Namun di masa-masa sulit, beberapa dari kita merasa seolah terdampar di pulau terpencil. Dan alih-alih bekerjasama dengan pasangan, Anda malah menganggap pasangan sebagai musuh bukannya sebagai rekan satu tim.

"Elemen paling dominan yang menyebabkan perceraian adalah pasangan tidak bekerjasama sebagai tim, sebagai rekanan," ujar Tessina. "Hanya mencintai satu sama lain saja tidak akan secara otomatis membuat pernikahan berhasil. Hidup bersama itu kompleks, dengan pekerjaan, rumah, keuangan, dan tanggung jawab keluarga. Jika Anda berdua tidak bisa menemukan cara untuk bekerja sama dengan baik, pernikahan jadi goyah."

3. Bertengkar tentang uang tapi tanpa solusi

Beberapa pasangan akan memiliki hubungan yang nyaris sempurna, jika saja mereka bisa berbicara tentang uang--topik pembicaraan yang membuat banyak orang tegang.

"Berbicara tentang uang, gunakan kemampuan bisnis Anda," ujar Tessina. "Itu hanyalah matematika--pinggirkan emosi, dan berbicaralah selayaknya sedang dalam business meeting."

Tidak bahagia dan menjauh

Perceraian
Bahagiakan diri sendiri dan jangan menjauh saat ada masalah.

4. Tidak puas dengan hidup masing-masing

Tidak ada seorang pun yang bisa memberi Anda hidup yang penuh, kecuali Anda bisa menemukan kebahagiaan Anda sendiri--tanpa bantuan orang lain.

"Jangan mengharapkan pasangan untuk membuat Anda bahagia--itu tugas Anda," kata Tessina. "Anda berdua bisa saling bantu, tapi Anda tak bisa melakukannya untuk pasangan dan sebaliknya. Jadi cari tahu apa yang Anda butuhkan, lalu bicarakan pada pasangan bagaimana cara meraihnya."

5. Menjauh saat keadaan sedang buruk

Ingatkah ketika Anda pertama berkencan, dan menganggap pasangan belahan jiwa? Anda tak segan untuk memarahi orang yang mengkritik pasangan. Namun kini, bukannya melindungi pasangan, beberapa dari Anda malah menjauhi pasangan saat keadaan sedang sulit.

"Aku melihat suatu siklus pada pasangan yang akhirnya bercerai. Mereka terjebak dalam cara berhubungan satu sama lain yang umum, dan diterima di masyarakat," ujar pakar hubungan dan seks, Wendy Newman, penulis 121 First Dates.

"Ketika kondisi tak berjalan mulus, atau seseorang melakukan kesalahan, selalu ada yang disalahkan, dipermalukan, atau terjebak dalam masalah."

Newman mengatakan, ketika Anda malah jadi berhadapan dan bukannya saling bersandar, ada yang patah dalam komunikasi dan kepercayaan Anda dengan pasangan. Dari situ, segalanya akan jadi hancur.

Wanita merasa tak dianggap penting

perceraian
Wanita yang merasa sudah memberi dan terus memberi tapi tak dihargai bisa lantas memutuskan untuk bercerai.

6. Wanita merasa tak dihargai dan tak penting

Pakar hubungan Christine Baumgartner, pendiri The Perfect Catch, mengatakan, perasaan tak dihargai dan dianggap tidak penting adalah salah satu alasan tertinggi perceraian. Namun penting untuk dicatat, pria dan wanita memiliki alasan berbeda untuk merasa seperti ini.

"Wanita merasa tak dihargai dan tak penting karena mereka kewalahan namun tak ada yang menghargai usaha mereka," ujar Baumgartner. "Mereka memberi, memberi, dan memberi pada semua orang di hidup mereka. Hal ini membuat mereka merasa sedih dan kecil. Mereka merasa harus melakukan segalanya sendiri karena tak ada orang lain yang akan membantu."

Baumgartner mengatakan, ketika hal ini terjadi para wanita ini tidak bisa atau tidak mau meminta bantuan. "Mereka berharap orang-orang di sekitar mereka bisa membaca pikiran dan tahu dengan sendirinya apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Akhirnya mereka merasa muak dan meminta cerai."

Menariknya, menurut Baumgartner, ketika akhirnya sudah bercerai dan jadi memiliki waktu untuk diri sendiri dan berbagi tanggung jawab, wanita-wanita tadi jadi tidak tertarik untuk menikah lagi. Karena mereka berpikir, menikah sama saja dengan harus mengurus orang lain.

Mereka tidak mengerti, ujar Baumgartner, bahwa hal itu sebenarnya adalah pilihan-pilihan yang bisa mereka ambil.

Pria merasa tidak diterima

Perceraian
Perceraian bisa terjadi karena pria merasa tak dihargai atas kerja keras yang sudah ia lakukan.

7. Pria merasa tidak dihargai dan tidak diterima

Pria ingin memberikan keamanan dan kenyamanan bagi keluarganya. Mereka percaya, dengan bekerja keras dan menghasilkan uang mereka akan dihargai dan dicintai, ujar Baumgartner.

Namun tantangan dimulai ketika mereka mulai bekerja lembur atau harus sering dinas ke luar kota, dan istrinya mulai merasa terabaikan.

"Si pria merasa dia telah cukup berusaha dan si wanita tidak mengatakan kalau dia butuh lebih, dan malah mengatakan suaminya tak berlaku baik," kata Baumgartner.

Akhirnya pria pun berada di titik muak yang sama. Dan apa yang sering terjadi ketika pria bercerai adalah mereka menemukan wanita yang entah sudah menganggap mereka hebat, atau tahu cara menyampaikan keinginannya secara "manis". Hal ini membuat pria merasa sukses menghidupi wanita baru tadi, dan wanitanya menunjukkan rasa terima kasih. Menurut Baumgartner, hal ini biasanya terjadi ketika si pria tadi bertemu dengan wanita yang jauh lebih muda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya