Usai Badai PHK, Tarif Impor Trump Ancam Kelanjutan Industri Tekstil

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif impor baru sebesar 32 persen kepada Indonesia. Hal ini membawa ancaman bagi para pelaku industri tekstil.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana Diperbarui 04 Apr 2025, 11:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2025, 11:00 WIB
Kemenperin Akan Tingkatkan Daya Saing Industri Tekstil
Aktivitas jual beli bahan kain di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (1/4/2021). Kemenperin ingin meningkatkan daya saing industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional, salah satunya dengan berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku tekstil impor. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ujian terhadap sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) diramal bakal terus berlanjut, usai adanya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan sejumlah pabrikan tekstil semisal PT Sri Isman Rejeki (sritex).

Pasalnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif impor baru sebesar 32 persen kepada Indonesia. Lantaran defisit perdagangan AS kian memburuk, dan Indonesia dianggap tidak memberikan timbal balik sepadan terhadap Negeri Paman Sam.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho menilai, tarif impor Trump sebesar 32 persen terhadap produk Indonesia jadi ancaman serius yang tidak boleh diabaikan.

Sebab, itu langsung menghantam sektor eskpor utama Indonesia. Semisal tekstil dan alas kaki yang menyumbang 27,5 persen dari total ekspor Indonesia ke AS.

Berkaca kepada angka perdagangan di 2024, ekspor produk tekstil dan alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat mencapai sekitar USD 7 miliar, atau setara Rp 117,25 triliun (kurs Rp 17.750 per dolar AS). Dengan adanya tarif impor baru, tekstil dan produk turunannya berpotensi kehilangan pendapatan ekspor luar biasa besar.

"Seberapa besar sih sebetulnya dampak dari tarif tambahan ini? bisa jadi menurut saya di fase awal itu penurunannya akan bisa lebih daripada 20 persen. Ini yang kita takutkan, karena skenarionya di penurunan 20 persenan dari value yang ada ini, tentunya akan memberikan ancaman bagi sektor TPT," ujar Andry kepada Liputan6.com, Jumat (4/4/2025).

Ketergantungan Pasar AS

Andry mengatakan, kebergantungan sektor TPT terhadap pasar Amerika Serikat cukup besar. Sehingga, tarif Trump bakal sangat berpengaruh terhadap kelanjutan industri tekstil di Indonesia.

"Dependensi terhadap pasar TPT dan alas kaki, kurang lebih 38,1 persen. Artinya, sebanyak 38,1 persen produk yang diekspor oleh Indonesia larinya ke US. Kalau kita diberikan tarif impor yang cukup besar itu, ya maka menurut saya ini pasti akan ada pengurangan yang cukup dalam," urainya.

"Jika penurunan tadi bisa menurun sampai 20 persen, maka 38,1 persen ekspor kita ke US pasti akan berkurang. Dari 38 persen itu bisa menjadi hanya 30 persen saja," dia menekankan.

 

61% Barang Diekspor ke AS

Pemerintah Berikan Stimulus Bagi Industri Tekstil di Masa Pandemi
Pedagang merapikan bahan kain yang akan dijual di kawasan Tangerang, Banten, Sabtu (25/9/2021). Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan tahun 2021 bertujuan meningkatkan kembali performa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebagai sektor strategis. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dilihat lebih jauh, Andry menyampaikan, bahkan ada produk TPT yang 61 persen barang ekspornya dikirim ke pasar Amerika Serikat. "Artinya produk ini 61 persen kalau diekspor, tujuannya udah pasti ke US," tegasnya.

Itu merupakan produk yang berada di kode HS 61, dimana di dalamnya adalah produk pakaian dan aksesoris pakaian yang dibuat dengan cara dirajut atau dikaitkan.

"Macam-macam produknya, basically merupakan produk kain rajut yang diproduksi oleh Indonesia. Jadi kemungkinan besar nih, kalau tarif tambahan ini dikenakan, produk kain rajut menurut saya produk yang pasti akan terhantam cukup besar untuk pertama kali," ungkapnya.

 

Badai PHK Lanjutan

Sritex Pamit Undur Diri
Imbas penghentian operasional ini, seluruh karyawan Sritex resmi terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 26 Februari dengan hari kerja terakhir pada 28 Februari 2025. (DIKA/AFP)... Selengkapnya

Lebih lanjut, Andry coba mengingatkan bahwa dampak pengenaan tarif impor baru AS bukan hanya pada aspek perdagangan, namun juga terhadap jutaan tenaga kerja.

"Dalam tiga tahun terakhir, sudah lebih dari 30 pabrik di sektor tekstil dan turunannya tutup. Jika pemerintah terus diam, kita bukan hanya kehilangan pasar utama, tapi juga akan muncul badai PHK lanjutan yang jauh lebih besar," tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya