Berbuka dengan Takjil, Menambah Lemak Saja

Takjil, makanan untuk berbuka puasa seperti cendol atau kolak, adalah makanan tinggi gula yang hanya akan menambah timbunan lemak

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 27 Mei 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2017, 17:00 WIB
Takjil di Bulan Ramadan
Takjil, makanan untuk berbuka puasa seperti cendol atau kolak, adalah makanan tinggi gula yang hanya akan menambah timbunan lemak

Liputan6.com, Jakarta Berbuka dengan yang manis bukan berarti harus dengan makan takjil dan minum teh manis. Jajanan pasar yang selalu dicari selama bulan Ramadan, seperti cendol atau kolak, tidak bagus untuk perut yang kosong selama lebih dari 12 jam.

"Takjil itu murni tepung dan gula. Baik tepung maupun gula adalah karbohidrat. Kemudian, ditambah lemak yang kita dapat dari santan takjil itu," kata Dokter Spesialis Gizi Klinis dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro, Diana F Suganda MKes, kepada Health Liputan6.com, Kamis, 25 Mei 2017.

Kalori yang terdapat di seporsi takjil juga lumayan tinggi. Jelas, ini tidak baik untuk perut yang sudah terlalu lama kosong. Dan, hal paling utama yang orang butuhkan saat berbuka adalah makanan maupun minuman untuk menaikkan kadar gula dalam darah.

"Takjil ini pun tinggi lemak jenuh, hati-hati," kata Diana menambahkan.

Meski demikian, bukan berarti tidak boleh makan takjil saat berbuka puasa. Orang-orang hanya perlu tahu, takjil sebenarnya tradisi yang punya efek kurang baik untuk tubuh kita.

"Boleh-boleh saja makan takjil, tapi jangan setiap hari. Seminggu tiga kali masih boleh," kata Diana menekankan.

Daripada makan takjil, Diana lebih menyarankan kita untuk minum jus buah atau makan kurma dua butir, kemudian segelas air hangat saat berbuka puasa Ramadan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya