Abaikan Luka di Siku, Anak Ini Terinfeksi Bakteri Mematikan

Luka di siku Rory Staunton yang tidak dibersihkan dengan baik menyebabkan dirinya terkena infeksi bakteri mematikan dan meninggal.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Sep 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2017, 16:00 WIB
Infeksi
Rory Staunton, yang meninggal karena infeksi bakteri mematikan masih dikenang sampai sekarang. (Foto: The Staunton Family)

Liputan6.com, New York, Amerika Serikat Pada 1 April 2012 lalu, Rory Staunton, 12 tahun, meninggal karena sepsis (reaksi tubuh karena infeksi bakteri mematikan). Penyakit ini jadi penyebab utama kematian bayi dan anak-anak di seluruh dunia.

Kini, lebih dari lima tahun setelah kematiannya, cerita Rory masih dikenang dan berhasil menyelamatkan nyawa pasien lain, yang menderita penyakit yang sama. Kisah perjuangan Rory ini kembali menggema dalam acara Sepsis Awareness Month pada September ini.

Beberapa hari sebelum kepergiannya, Rory tampak kuat dan sehat. Namun, ia mengalami luka di siku usai mengikuti kelas olahraga di sekolahnya, Queens, New York.

Luka itu tidak dibersihkan dengan baik, yang menyebabkan Rory menjadi sangat sakit. Orang tuanya, Orlaith dan Ciaran Staunton, membawa Rory ke dokter anak sehari setelah ia terluka.

Mereka menunjukkan luka goresan pada siku Rory. Dokter mencatat, luka tersebut menyebabkan timbulnya gejala virus perut.

Rory pun dibawa ke rumah sakit untuk diinfus. Dokter yang menanganinya percaya, masalah Rory disebabkan gangguan perut. Rasa nyeri semakin parah. Rory dirawat di ICU keesokan harinya. 

Namun, diagnosis dokter ternyata keliru. Gangguan perut bukan penyebab Rory merasa sakit.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Alami shock septik

Bakteri sudah telanjur memasuki darah Rory melalui luka di sikunya. Remaja tersebut mengalami shock septik (tekanan darah turun sampai tingkat yang membahayakan). Sampel darah pun diperiksa ke laboratorium.

Hasil laboratorium menemukan hal yang tidak normal. Rory mengalami sepsis. Namun, karena tidak adanya tindak lanjut dari rumah sakit, keluarga Rory membawa pulangnya ke rumah.

Dua hari kemudian, Rory meninggal karena shock septik. Sejak kepergian Rory, keluarganya bekerja tanpa lelah untuk meningkatkan kesadaran dan menyuarakan untuk terus memperbaiki prosedur di ruang gawat darurat.

Luka di siku Rory tidak dibersihkan dengan baik, ia terkena infeksi bakteri.  (Foto: The Staunton Family)

Hal ini agar anak diberikan penanganan lebih baik dan kejadian seperti Rory tidak terulang.

"Ini sungguh mengejutkan. Ketika Rory meninggal, saya berpikir, 'Ini pasti terjadi sesuatu yang sangat langka pada anak saya'. Saya tidak berpikir, ada sesuatu yang bisa membunuhnya dalam waktu empat hari saja (setelah Rory terluka). Ini (sepsis) adalah pembunuh anak-anak terbesar di dunia," ungkap Orlaith, dikutip dari Women's Day, Sabtu (23/9/2017).

Merusak jaringan tubuh

Sepsis termasuk infeksi bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan kematian, menurut Sepsis Alliance. Sepsis selalu dipicu oleh infeksi, yang memengaruhi 30 juta orang tiap tahunnya.

Di Amerika Serikat saja, sepsis memengaruhi lebih dari 1 juta orang Amerika setiap tahunnya dan membunuh lebih dari 255.000 orang.

Keluarga Rory membentuk The Rory Staunton Foundation demi menyebarluaskan informasi soal infeksi bakteri karena sepsis. (Foto: The Staunton Family)

Agar tidak terulang kematian seperti Rory, keluarga Rory membentuk The Rory Staunton Foundation untuk mengurangi jumlah kematian akibat sepsis.

"Rory itu anak yang sangat aktif. Dia sering berpartisipasi dalam lingkungan sosial. Dia pasti ingin kami (keluarga) melakukan sesuatu yang bermanfaat (menyebarluaskan kesadaran soal sepsis kepada orang lain)," tambah Orlaith.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya