Liputan6.com, Jakarta Dunia sepak bola Indonesia berduka atas meninggalnya Choirul Huda. Atlet yang menjadi kapten sekaligus kiper klub Persela Lamongan itu mengembuskan nafas terakhir pada pukul 16.45 WIB di RSUD dr Soegiri Lamongan, Minggu (15/10/2017).Â
Dalam pernyataan resminya dr. Yudistiro Andri Nugroho, Spesialis Anastesi (Kepala unit Instalasi Gawat Darurat RSUD dr Soegiri Lamongan), insiden benturan yang dialami Choirul Huda dengan rekan setimnya pada saat laga menjamu Semen Padang di Stadion Surayajaya, Lamongan, membuat ia mengalami henti napas dan henti jantung.
Baca Juga
"Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain, sehingga terjadi apa yang kita sebut henti nafas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di stadion, sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan nafas dengan bantuan nafas. Kemudian dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulance juga ditangani secara medis untuk bantuan nafas maupun untuk penanganan henti jantung," ungkap Yudistiro.
Advertisement
Segala penanganan kegawatdaruratan telah diupayakan semaksimal mungkin, namun takdir berkehendak lain.Â
"Sesampainya di UGD segera ditangani. Kita lakukan pemasangan alat bantu napas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa nafas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu kita harapkan kita melakukan pompa otak sama jantung," sambungnya.
"Sempat ada respon dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisnya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak yang dilakukan selama 1 jam, tidak ada respon. Tidak ada reflek tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian kita menyatakan meninggal pada pukul 16.45. Kita sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda," terang Yudistiro.
Meninggalnya Choirul Huda di lapangan rumput, bukan yang pertama menimpa atlet. Ironis memang, mengingat dunia olahraga profesional dihuni oleh atlet-atlet yang sehat. Kalau kejadian henti jantung yang dialami Choirul Huda akibat benturan, beberapa pemain bola bahkan ada yang meninggal di tempat karena berhentinya kerja jantung secara tiba-tiba.
Siapa saja pesepakbola yang meninggal di lapangan rumput? Berikut daftar yang dihimpun Health-Liputan6.com dari berbagai sumber.
Â
Simak juga video menarik berikut:
Â
Â
Eri Irianto
Legenda klub Persebaya Surabaya ini meninggal setelah bertabrakan dengan pemain PSIM Yogyakarta asal Gabon, Samson Noujine Kinge, pada 3 April 2000.
Insiden yang menimpa pria kelahiran Sidoarjo 12 Januari 1974 ini terjadi ketika Persebaya Surabaya menjamu PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora 10 Nopember.
Setelah benturan itu, pemain yang mengawali karier sepakbola di klub Petrokimia Putra ini pingsan dan dilarikan ke RSUD Dr Soetomo. Pemain bernomor punggung 19 ini dinyatakan meninggal akibat serangan jantung.
Â
Advertisement
Akli Fairuz
Ujung tombak Persiraja Banda Aceh ini juga meninggal setelah berbenturan keras di lapangan dengan penjaga gawang PSAP, Sigli Agus Rohman, pada 16 Mei 2014.
Insiden ini bermula ketika perut Akli Fairuz terkena terjangan kaki Sigli dalam laga kedua tim di Divisi Utama Liga Indonesia 10 Mei 2014 lalu. Hasil diagnosis dokter menyebutkan, Akli meninggal disebabkan kebocoran kandung kemih.
Â
Jumaidi Abdi
Gelandang Bontang PKT ini mengalami berbenturan hebat dengan pemain Persela lamongan, Denny Tarkas, pada 7 Maret 2009.
Pemain yang lahir di Balikpapan, 14 Maret 1983 ini sempat menjalani perawatan intensif selama 8 hari di Rumah Sakit Pupuk Kaltim.
Tanggal 15 Maret 2009, ia dinyatakan dokter meninggal setelah tubuhnya mengalami kerusakan di sejumlah organ vital bagian dalam akibat infeksi berat yang disebabkan kuman yang keluar dari usus halusnya.
Â
Advertisement
Priermario Morosini
Tanggal 14 April 2012 akan terus dikenang oleh pecinta sepak bola Italia. Laga Serie-B antara tuan rumah Pescara melawan Livorno yang berlangsung di Stadio Adriatico, menyisakan kisah duka.
Pada menit ke-31, salah satu pemain Livorno, mendadak tak sadarkan diri di lapangan. Priermario Morosini, pemain berusia 25 tahun tersebut terkena serangan jantung setelah ia jatuh tertelungkup. Sebelum terkapar, ia sudah berusaha untuk berdiri.
Pemain kelahiran Bergamo 5 Juni 1986 itu segera dilarikan ke ke rumah sakit terdekat. Nahas, tim medis menyatakan nyawanya telah tiada.
Â
Antonio Puerta
Kejadian ini terjadi pada laga pembuka Liga Spanyol musim 2007/2008 yang mempertemukan Sevilla versus Getafe. Pada menit ke-35, Antonio Puerta tiba-tiba tampak berjongkok sambil memegangi dadanya. Rekan-rekan tim yang melihat kejadian tersebut, spontan berusaha menolong pemain kelahiran Sevilla 26 November 1984 itu. Puerta sempat berdiri dan berjalan ke luar lapangan untuk digantikan pemain Sevilla lainnya. Di ruang ganti, keadaannya memburuk lalu pingsan dan ia pun segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Tiga hari berselang, tepatnya tanggal 28 Agustus 2007, Puerta dinyatakan meninggal akibat serangan jantung.
Â
Advertisement