Nenek 93 Tahun Meninggal Setelah Dimakan Hidup-Hidup oleh Kudis

Kudis bisa membuat seseorang meninggal? Simak penjelasannya berikut.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Mei 2018, 18:45 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 18:45 WIB
Meninggal Dunia atau Berduka Cita
Ilustrasi meninggal. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita lanjut usia (lansia) di panti jompo Georgia, Amerika Serikat meninggal setelah dilaporkan 'dimakan hidup-hidup" oleh kudis--penyakit kulit yang disebabkan tungau parasit. Tapi bisakah tungau ini membunuh seseorang?

Para ahli mengatakan, tungau sebenarnya tidak secara langsung menyebabkan kematian. Yang membahayakan adalah infeksi bakteri tungau yang parah berpotensi fatal. Pasien dapat kehilangan nyawanya.

Nenek 93 tahun, Rebecca Zeni, meninggal pada 2015 di Shepherd Hills Nursing Home, LaFayette, Georgia, dilansir dari Live Science, Selasa (15/5/2018). Laporan autopsi menyebut, penyebab kematian adalah septicemia (infeksi bakteri mematikan) dari kudis.

Menurut berita lokal setempat WXIA-TV melaporkan, Rebecca pada dasarnya 'dimakan hidup-hidup' oleh tungau. Menilik pemberitaan tersebut, Amesh Adalja, dari Johns Hopkins University Center for Health Security angkat bicara.

"Bukannya kudis dari tungau itu sendiri membunuh seseorang. Tungau ini menyebabkan gangguan pada kulit, yang menghalangi jaringan tubuh melindungi tubuh dari mikroorganisme menular. Kemunculan kudis dapat dimaknai semua bakteri yang hidup di kulit akan lebih mudah masuk ke aliran darah Anda," kata Adalja.

Kondisi itu dapat menyebabkan infeksi bakteri dalam aliran darah, sehingga terjadi komplikasi yang mengancam jiwa.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

Rentan kena kudis

Lansia (iStock)
Ilustrasi lansia (iStockphoto)

Adalja menyamakan pasien kudis yang parah dengan korban luka bakar. Korban luka bakar juga rentan terhadap infeksi bakteri karena cedera kulit.

Kematian yang terkait dengan kudis jarang terjadi, tapi bila terjadi memang tidak mengejutkan. Infeksi kudis berujung komplikasi fatal pada beberapa pasien, khususnya pada lanjut usia (lansia). Mereka mungkin berisiko lebih besar terkena infeksi kudis daripada orang yang lebih muda. Ini karena mereka punya kekebalan yang lebih lemah.

Pada orang dengan kudis, tungau mikroskopik, yang dikenal sebagai Sarcoptes scabiei var. hominis, bersarang pada lapisan atas kulit dan bertelur, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Pasien akan merasakan ruam dan gatal yang hebat.

Kudis yang berkerak adalah bentuk kudis yang parah dan membuat sistem kekebalan melemah. Pasien akan punya kulit tebal yang mengandung tungau. Penyakit ini menular dan biasanya menyebar melalui kontak berkepanjangan dengan kulit seseorang yang terkena kudis.

 

Menyebar cepat

Infeksi staph (iStock)
Ilustrasi infeksi Staph (iStockphoto)

Kudis menyebar dengan cepat di lingkungan yang padat, seperti panti jompo. Ketika seseorang mengalami kudis, individu yang bersangkutan dapat mentransfer bakteri, terutama Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes ke dalam kulit.

Adanya bakteri yang masuk ke dalam kulit berpotensi terjadi perkembangan infeksi pada permukaan kulit. Infeksi kudis, yang berkembang menjadi infeksi kulit akan membahayakan nyawa bila tidak segera diobati.

Kebanyakan orang dengan kudis dapat disembuhkan menggunakan losion atau krim, yang membunuh tungau. Namun, kudis berkerak membutuhkan obat yang lebih kuat, mislanya ivermectin---obat anti-parasit, menurut American Academy of Dermatology (AAD).

Mereka butuh lebih dari satu dosis pengobatan untuk menyembuhkan kudis. Keluarga Rebecca telah mengajukan gugatan terhadap PruittHealth, yang mengelola Shepherd Hills Nursing Home. Gugatan atas kematian sang nenek.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya