Kemoterapi Bertahun-tahun, Pria Ini Ternyata Tak Kena Kanker

Salah diagnosis menyebabkan seorang pria terpaksa menjalani kemoterapi. Sekalipun dirinya tidak mengalami kanker

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Nov 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2018, 19:00 WIB
20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria telah menjalani kemoterapi dan mendapatkan perawatan selama lima tahun. Namun tiba-tiba, seorang dokter mengatakan bahwa sesungguhnya dia tidak pernah mengalami kanker.

Hal itu terjadi pada seorang penduduk Montrose, Colorado, Amerika Serikat. Dilansir dari nbc11news.com pada Kamis (29/11/2018), James Salaz terkejut ketika mengetahui bahwa dirinya tidak kena kanker sekalipun sudah menjalani kemoterapi bertahun-tahun.

"Saya baru merasakan sakit luar biasa di bawah ketiak, jadi saya pergi ke rumah sakit dan melakukan beberapa tes. Dokter memberitahu bahwa mereka menemukan dua kelainan di paru-paru kiri saya," ujar Salaz.

Pada 2012, dia akhirnya jadi sering pergi ke dokter. Para petugas medis melakukan biopsi paru-paru terbuka dan menganalisisnya. Salaz diberitahu bahwa dia menderita Histiocytosis Langerhans Cell. Penyakit tersebut adalah kanker langka yang menyebabkan sel-sel menumpuk di bagian tubuh, merusak jaringan, dan menyebabkan kematian.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

 

Tidak mengalami kanker

Setelah melakukan kemoterapi selama 5 tahun, James Salaz ternyata tidak mengalami kanker (video nbc11news.com)
Setelah melakukan kemoterapi selama 5 tahun, James Salaz ternyata tidak mengalami kanker (video nbc11news.com)

Setelah mengunjungi berbagai dokter di banyak tempat, mereka menegaskan bahwa dia menderita kanker langka tersebut. "Saya hanya meringkuk dan hanya ingin mati karena kemoterapi yang buruk," kata Salaz.

Setelah melakukan kemoterapi yang intens, serta mengonsumsi banyak obat penghilang rasa sakit, dan beberapa biopsi paru-paru terbuka, dirinya tidak merasakan ada yang berhasil. Hingga suatu hari, dirinya pergi mencari dokter lain. Kali ini, kabar tersebut mengejutkan dirinya.

"Dia menelepon saya dan mengatakan bahwa saya tidak pernah memiliki Langerhans. Saya memiliki sesuatu yang disebut vasculitis dan dia mengatakan bahwa jika kita melakukan perawatan yang benar lima tahun lalu, ini akan membaik. Namun itu menjadi lebih parah," ujarnya.

Vasculitis sendiri adalah peradangan pembuluh darah. Sehingga apa yang Salaz rasakan bukanlah kanker. Hal itu membuatnya menghentikan semua pengobatan dan kemoterapinya.

"Mereka memperlakukan untuk sesuatu yang bahkan tidak saya miliki dan itu menyedihkan... Anda tahu dan saya pikir seseorang perlu bertanggung jawab untuk itu," kata Salaz.

Menunggu perawatan penyakit sesunggunya

20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Untuk saat ini, Salaz akhirnya menunggu untuk melakukan perawatan terhadap penyakitnya yang sebenarnya. Namun, hal tersebut harus membuatnya menunggu karena banyaknya antrian.

Menurut rheumatologist Dr. Jessica Baer Mears dari Arthritis Center of Western Colorado, hal itu bisa membuatnya menunggu hingga enam, delapan bulan, hingga satu tahun. Hal ini karena kurangnya dokter di wilayah itu.

"Anda tidak memiliki pasien yang berkunjung dua kali dan pergi. Anda melihat mereka untuk seumur hidup," ujar Baer Mears.

Salaz sendiri sekarang hanya bisa menunggu untuk mengatasi diagnosis terbarunya. Dirinya mengatakan, dia sedikit takut untuk pergi ke dokter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya