Liputan6.com, Jakarta Semakin tua usia seseorang, tak bisa lagi sembarangan memilih jenis olahraga yang harus dilakukan. Karena itu kita selalu diimbau untuk rajin cek kesehatan berkala (medical check up).
Memang pada dasarnya berolahraga di usia berapa saja mendatangkan banyak keuntungan. Hanya saja untuk kondisi tertentu, harus diimbangi dengan yang lainnya.
Baca Juga
"Biasanya di patokan usia 40 harus medical check up. Di atas 40 tahun itu sudah dianggap tua. Setelah tahu kondisinya, kita (dokter) jadi tahu harus memberikan olahraga atau latihan seperti apa," kata dokter spesialis kedokteran olahraga dari Rumah Sakit Premier Bintaro, dr Hario Tilarso saat berbincang dengan Health Liputan6.com belum lama.
Advertisement
Misalnya, ketika ada orang yang ternyata didiagnosis stroke. Jenis olahraga yang diberikan, kata Hario, biasanya tak jauh berbeda dengan orang normal, yaitu latihan kardiovaskular seperti aerobik, senam, atau bersepeda.
Â
Durasi Olahraganya Sama
Durasinya pun sama. Sebanyak tiga kali dalam seminggu, yang dilakukan selama 20 sampai 60 menit, dengan intensitas tidak terlalu melelahkan.
"Semua itu tetap dia lakukan. Cuma harus disertai dengan beberapa obat-obatan," ujarnya.
"Kalau dia menderita stroke, stroke-nya karena apa dulu. Apakah karena tekanan darahnya yang tinggi atau karena darahnya yang kental? Kalau darahya kental, dikasih obat pengencer darah. Obat ini dari dokter yang memeriksa orang tersebut," kata Hario menambakan.
Dengan begitu, olahraga tidak membebankan pasien stroke tersebut. Dengan rutin mengonsumsi obat-obatan, stroke yang bersemayam di tubuhnya bisa dikendalikan. Ditambah pula dengan berolahraga yang tepat, pasien tetap bugar dan terlihat seperti tak sedang sakit.
"Durasi, konsep latihan, antara orang yang menderita stroke dan yang normal, sama saja. Bedanya, hanya harus diimbangi dengan obat-obatan yang mungkin diperlukan," kata Hario menekankan.
Advertisement