Penyebab Stroke Ringan dan Cara Mengatasinya, Kamu Wajib Tahu

Gaya hidup tidak sehat, kurang olahraga, dan banyak mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi bisa menimbulkan stroke ringan.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 04 Feb 2019, 17:49 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2019, 17:49 WIB
Ilustrasi stroke (iStockphoto)
Ilustrasi stroke (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Penyakit stroke sudah menjadi penyakit yang banyak diderita orang saat ini. Menurut Kementerian Kesehatan, Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Mirisnya, satu dari tujuh orang meninggal karena stroke di negara ini.

Gaya hidup tidak sehat, kurang olahraga, dan banyak mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi akan menimbulkan stroke ringan. Banyak orang yang mengabaikan penyebab stroke ringan dan baru menyadarinya ketika mereka atau orang yang disayangi sudah terserang stroke. Sebebarnya Penyebab stroke ringan dapat dikenali dan dapat dihindari sedini mungkin.

Berikut penjelasan mengenai penyebab stroke ringan dan cara mengatasinya yang berhasil liputan6.com rangkum dari Klikdokter, Senin (4/2/2019).

Penyebab Stroke Ringan

Penyebab stroke ringan adalah tersumbatnya suplai darah pada otak yang dapat menyebabkan perubahan pada kemampuan kontrol motorik tubuh.

Penyebab stroke ringan bisa terjadi akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah menuju otak yang menyebabkan kerusakan sel-sel otak sehingga kehilangan fungsinya.

Berdasarkan letak pembuluh darah otak yang terkena, gejala khas yang umum ditemukan adalah keluhan lemahnya sisi tubuh dan bicara pelo yang berlangsung selama lebih dari 24 jam.

Kebanyakan kasus stroke ringan gagal mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga kelumpuhan total terjadi sangat cepat. Hal ini disebabkan individu yang tak sadar Penyebab stroke ringan dan mengabaikan tanda serta gejala dari stroke. Bahkan dalam sebuah penelitian terhadap 1.000 pasien stroke di Inggris, mereka tidak menyadari kalau sebelumnya sudah pernah mengalami serangan stroke ringan atau transient ischemic attack (TIA).

TIA atau stroke ringan berlangsung hanya dalam beberapa menit. Meski Penyebab stroke ringan tidak berupa gangguan yang parah, tetapi sekitar 70 persen pasien mengaku tidak mengalami gejala dan tanda. Inilah yang membuat mereka tidak segera mendapat penanganan dalam waktu tiga jam.

Alhasil, menurut stroke specialist Larry B. Goldstein, MD, penanganan yang terlambat menyebabkan TIA berlanjut pada stroke berat dalam waktu sepuluh hari.

Gejala Stroke Ringan

Pada keadaan stroke ringan, seorang akan mengalami gejala yang tidak menyerupai keluhan klasik dari stroke.

Berikut ini beberapa gejala stroke ringan dari pernyataan dr. Alvin Nursalim, SpPD dikutip dari Klikdokter oleh liputan6.com, Senin(4/2/2019).

Kesulitan berbicara

Stroke ringan dapat menyerang bagian otak tertentu. Salah satunya adalah bagian otak yang berkaitan dengan saraf lidah untuk bicara.

Karena kelumpuhan saraf lidah, maka lidah dapat tertarik ke salah satu sisi dan menyebabkan kesulitan dalam mengucapkan kata-kata. Seorang dengan gangguan ini akan menunjukkan gejala gangguan berbicara.

Pandangan kabur

Apabila kerusakan saraf terjadi pada bagian otak yang bertugas untuk penglihatan, maka penderita akan merasa pandangan menjadi kabur. Keluhan atau gejala ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan dapat bersifat permanen atau sementara.

Sakit kepala

Sakit kepala dapat menjadi tanda awal dari penyakit stroke. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan volume otak dan akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan di dalam tengkorak.

Kesemutan

Penyumbatan pembuluh darah pada stroke dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak manapun dan menyebabkan gejala yang bervariasi. Salah satu gejala yang dapat dikeluhkan adalah kesemutan.

Karena itu, jangan anggap sepele keluhan kesemutan atau mati rasa, khususnya pada pasien diabetes dan tekanan darah tinggi.

Jika seseorang terkena stroke, maka tingkat kerusakan yang dialami oleh otak bergantung pada kecepatan penanganan terhadap stroke. Semakin cepat stroke dikenali dan ditangani, maka kerusakan otak yang terjadi dapat dibatasi.

Cara lain mengenali gejala stroke

Ada cara lain yang mudah untuk mengenali gejala stroke. Ingatlah kata FAST, masing-masing terdiri dari singkatan gejalanya:

F atau Face (wajah)

Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Apakah ada sisi sebelah wajah yang tertinggal? Apakah wajah atau matanya terlihat jereng atau tidak simetris? Jika ya, orang tersebut mungkin saja sedang mengalami stroke.

A atau Arms (tangan)

Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangan. Apakah ia mengalami kesulitan untuk mengangkat salah satu atau kedua tangannya? Apakah salah satu atau kedua tangannya dapat ditekuk?

S atau Speech (perkataan)

Mintalah orang tersebut untuk berbicara atau mengulangi suatu kalimat. Apakah bicaranya terdengar tidak jelas atau pelo? Apakah ia kesulitan atau tidak berbicara? Apakah ia memiliki kesulitan untuk memahami yang Anda katakan?

T atau Time (waktu)

Jika ia memiliki seluruh gejala yang disebutkan di atas, orang tersebut mungkin mengalami stroke. Selalu ingatlah bahwa stroke merupakan kasus yang darurat. Anda harus segera membawa orang tersebut ke rumah sakit. Ingatlah juga untuk mencatat waktu kapan orang tersebut mengalami gejala-gejala itu. Untuk membantu dokter dalam menentukan terapi.

Kenali juga gejala stroke lainnya seperti:

· Pingsan

· Kehilangan kesadaran

· Kelumpuhan tiba-tiba wajah, tangan atau kaki, terutama pada sisi sebelah tubuh

· Kesulitan melihat dengan salah satu atau kedua mata

· Kesulitan berjalan

· Gangguan koordinasi atau keseimbangan

Cara mengatasi Stroke Ringan

Gangguan fungsi dan keterampilan yang ditimbulkan akibat stroke ringan masih dapat dipulihkan dengan proses rehabilitasi seperti terapi. Terapi ini terdiri dari:

Terapi fisik

Belajar berjalan, duduk, berbaring, perubahan dari satu gerak ke gerak lain.

Terapi okupasi - belajar makan, minum, menelan, berpakaian, mandi, membaca, menulis, buang air.

Terapi wicara

Belajar keterampilan bahasa dan komunikasi. Komunikasi non verbal dengan bahasa tubuh dapat diterapkan sebelum dapat menggunakan komunikasi verbal (berbicara).

Terapi psikologis/psikiatrik

Untuk membantu meringankan stres mental dan emosional (seperti depresi) yang umumnya menyertai penderita stroke. Keadaan ini bisa timbul baik sebagai akibat lokasi kerusakan otaknya atau sebagai bentuk reaksi penderita terhadap stroke.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya