Liputan6.com, Jakarta Bakteri Mycobacterium leprae, yang menjadi penyebab kusta rupanya suka hidup pada suhu hangat hingga panas. Sehingga, tak heran bakteri kusta ini mudah menular dan berkembangbiak di daerah daratan rendah dan pesisir.
"Bakteri kusta suka sekali hidup pada suhu hangat dan panas. Suhunya 37 derajat Celsius. Makanya, penderita kusta lebih banyak di daratan tinggalnya, bukan di pegunungan," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan RI, Wiendra Waworuntu.
Baca Juga
Selain di daratan, penderita kusta juga lebih sering ditemukan di wilayah pesisir. "Lebih sering juga penderita kusta ditemukan di wilayah pesisir, seperti Madura. Karena suhu di pesisir termasuk panas," tambah Wiendra dalam konferensi pers "Stop Diskriminasi: Ayo Sukseskan Eliminasi Kusta" di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis, (7/2/2019).
Advertisement
Jangan lupa skrining tubuh
Ahli eliminasi kusta Sri Linuwih Menaldi menambahkan bahwa memang berkembangbiaknya bakteri kusta sangat dipengaruhi suhu.
"Suhu berpengaruh juga pada perkembangbiakan bakteri. Tergantung bakterinya juga, mampu hidup atau tidak pada suhu tertentu. Kalau bakteri kusta mampu hidup pada suhu hangat," tambahnya.
Untuk mencegah kusta menjadi kondisi yang parah, ada skrining tubuh yang bisa dilakukan. Skrining biasa dilakukan, terutama di daerah-daerah yang endemik kusta. Misalnya, Maluku dan Papua.
Cara skrining yakni dengan menemukan bercak putih dan merah pada kulit, yang bisa menjadi gejala awal kemungkinan seseorang kena kusta.
Saksikan juga video menarik berikut
Advertisement