Liputan6.com, Tarakan Kasus leptospirosis, penyakit yang ditularkan melalui air kencing tikus sedang menghantui Kalimantan Utara (Kaltara). Temuan leptospirosis di Kalimantan Utara, khususnya di Kota Tarakan terjadi untuk pertama kali.
Pada tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ditemukan warga di Kalimantan Utara terinfeksi bakteri Leptospira interrogans, penyebab leptospirosis. Tak ayal, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara menetapkan leptospirosis sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak Januari 2019.
Baca Juga
"Iya, memang benar di sana (Kalimantan Utara) ada kasus leptospirosis. Pemerintah daerah setempat yang menetapkannya sebagai KLB," ucap Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan RI, Anung Sugihantono saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Selasa, 12 Februari 2019.
Advertisement
Berdasarkan data akumulatif Kementerian Kesehatan dari 2018 dan Januari 2019, tiga orang positif menderita leptospirosis. Dari tiga orang, dua orang di antaranya meninggal dunia.
Jumlah kasus leptospirosis diperkirakan akan meningkat di Kota Tarakan. Terlebih lagi leptospirosis termasuk penyakit yang sering muncul pada musim hujan. Penyakit ini pun patut diwaspadai penularannya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Serang organ vital tubuh
Anung melanjutkan, gejala leptospirosis harus diperhatikan. Gejala berupa demam mendadak kurang lebih 38,5 derajat Celsius, badan lemah, sakit kepala, dan mata merah.
"Bisa juga terjadi kekuningan pada kulit dan nyeri otot betis," ujarnya.
Jika mengalami kondisi tersebut, warga diharapkan segera pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Di sisi lain, penularan leptospirosis juga bisa melalui air kencing kucing dan anjing.
Upaya menangani leptospirosis, pasien diberikan obat antikuman dan bakteri. Bila leptospirosis dibiarkan, bakteri akan menyerang organ vital tubuh lain, seperti hati, ginjal dan sebagainya, yang dapat mengakibatkan kematian.
Advertisement