Liputan6.com, Mojokerto Talang air yang mengalirkan air hujan terpasang di atap rumah Muchlis, seorang warga Desa Claket, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Bila biasanya talang air di rumah-rumah warga langsung mengarah ke selokan atau bagian luar rumah, lain halnya dengan talang air milik Muchlis.
Air hujan yang dialirkan melalui talang air diarahkan menuju sumur resapan, yang ada di halaman rumahnya. Ketika membuka penutup sumur resapan, pipa atau talang air terlihat dengan jelas.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan pantauan Health Liputan6.com, saat air keluar dari talang air, air akan jatuh ke atas ijuk. Pada sumur resapan, lapisan atas tanah berupa ijuk. Lapisan bawah pada ijuk, yakni pecahan batu (kerikil).
Asep Mulyana Senior Raw Water Specialist USAID Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) Plus mengungkapkan, alasan air hujan dipakai untuk membuat sumur resapan.
“Air hujan yang jatuh dari atap rumah itu airnya bersih. Tidak ada (tercemar) kotoran lain. Kalau air hujannya (jatuh) dari kebun pasti ada kotoran. Sudah enggak bersih lagi,” jelas Asep dalam sesi kunjungan di rumah Muchlis beberapa waktu lalu, ditulis Selasa, 2 April 2019.
Kebutuhan air dari sumur resapan pun dimanfaatkan Muchlis beserta keluarganya. Misal, buat mandi dan mencuci. Yang paling memanjakan mata, air hujan dari sumur resapan terbukti jernih. Ketika masuk ke kamar mandi di rumah Muchlis, air di bak mandi sangat jernih.
“Iya, itu airnya langsung dari sumur resapan ini,” ujar Muchlis sembari tersenyum.
Simak video menarik berikut ini:
Ijuk, kerikil, dan ukuran sumur resapan
Pembuatan sumur resapan di rumah Muchlis juga menggunakan ijuk, kerikil, dan batu bata pada dinding sumur. Ijuk dan kerikil berfungsi sebagai penyaring. Air hujan yang masuk akan disaring sehingga mempercepat meresap ke dalam tanah
“Sumur resapan menggunakan air hujan yang ditangkap dari atap rumah. Lantas kenapa ada ijuk dan kerikil. Ini sebagai penyaring,” tambah Asep.
Dinding sumur yang menggunakan batu bata agar tanah tidak ambrol.
"Sebenarnya, enggak perlu batu bata juga, cukup tanah saja. Tapi karena rumah Pak Muchlis ini dekat dengan jalan dan dilalui kendaraan kan ada getaran. Takutnya tanahnya ambrol. Jadi, untuk pembuatan sumur resapan dikondisikan dengan kondisi tanah di lingkungan masing-masing,” tutur Manajer Program Coca-Cola Indonesia, Agus Priyono.
Advertisement
Desain dan penutup sumur
Sumur resapan mampu membuat air meresap dengan kecepatan 8 kubik. Proses penyerapan air sekitar 75 menit sampai dua jam.
“Dalam waktu seperempat jam saja, air sudah hilang (meresap). Bahkan kalau hujan deras seharian pun bisa menyerap ke tanah dengan waktu tidak lama-lama,” Asep menambahkan.
Ukuran sumur resapan didesain sebesar 2 x 2 x 2 meter. Sumur resapan diberikan penutup agar menghindari anak-anak di lingkungan sekitar nyemplung ke dalam sumur. Risikonya bisa kaki patah.
“Saya berpikir, desain sumur itu cocok untuk dua orang (pekerja). Jadi, mereka bisa mudah bekerja bersama-sama. Satu orang bekerja di dalam dan seorang lagi bertugas mengeluarkan material.
“Ini teknologi yang sederhana dan murah meriah. Bisa juga jadi upaya mengendalikan banjir,” tutup Asep.