Gejala Demam Malaria Mirip Chikungunya dan DBD, Cek Perbedaannya

Ada perbedaan gejala demam yang terjadi pada malaria, chikungunya, dan demam berdarah dengue (DBD)

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Apr 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2019, 12:00 WIB
Ilustrasi pria sakit flu
Perbedaan demam pada malaria, chikungunya, dan DBD. Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Gejala malaria mirip dengan chikungunya dan demam berdarah dengue (DBD). Kondisi ini terlihat pada demam yang muncul di ketiga penyakit tersebut. Namun, ada perbedaan yang dapat diketahui masyarakat.

Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan penyakit tropik infeksi Erni Juwita memaparkan perbedaan gejala dari ketiga penyakit itu.

"Nyamuk itu berpotensi membawa patogen (agen yang menyebabkan infeksi). Persamaan gejala ketiga penyakit yang paling banyak adalah demam. Gejala malaria ditandai dengan demam sekaligus menggigil," jelas Erni dalam siaran langsung di Siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada Kamis (25/4/2019).

Untuk kasus malaria, ada gejala klasik atau yang dikenal dengan sebutan trias malaria. Seseorang yang mengalami trias malaria ditandai dengan kondisi menggigil, bahkan sampai menyebabkan tempat tidur ikut bergoyang.

"Ini terjadi karena parasit malaria masuk ke dalam darah. Parasit jadi benda asing di dalam darah," lanjut Erni.

Simak video menarik berikut ini:

Demam pada chikungunya

Gejala Chikungunya
Gejala chikungunya.

Sementara demam yang menjadi gejala chikungunya berupa demam yang tinggi dan akut disertai nyeri tulang. 

"Rasanya itu kayak tulang dipatahin," Erni yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes. Gejala chikungunya berupa demam dan nyeri sendi parah, yang seringkali melemahkan sendi.

Nyeri sendi pun dapat bertahan selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. Gejala lain meliputi nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam.

Demam pada DBD

Pasien DBD di RSUD Pasar Rebo
Seorang anak penderita demam berdarah (DBD) menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (1/2). Saat ini RSUD Pasar Rebo merawat sebanyak 27 pasien demam berdarah terdiri anak anak dan dewasa. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Gejala demam pada DBD termasuk demam akut yang mendadak. Demam tinggi disertai keringat yang banyak dan sakit kepala. Berbeda dengan demam malaria yang dibarengi kondisi tubuh menggigil. DBD jarang menyebabkan menggigil.

"DBD ini bisa mendadak terjadi. Misalnya, Anda di pagi hari asyik berolahraga. Nah, siang nanti kok tiba-tiba suhu badan naik dan terserang demam," papar Erni.

Menurut WHO, gejala DBD diikuti sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan persendian, mual, muntah, kelenjar atau ruam yang bengkak. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari dengan masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi.

DBD parah dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi mematikan karena kebocoran plasma, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, perdarahan hebat serta kerusakan organ. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya