Liputan6.com, Jakarta Pada 2013, Maluku Utara masuk dalam zona merah kasus malaria. Namun, dengan gencarnya upaya percepatan penurunan malaria yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat, angka malaria turun drastis di 2019.
Dari data yang disampaikan dalam sambutan Gubernur Maluku Utara yang diwakili oleh Asisten 2 Setda Prov. Maluku Utara, Anwar Husein, S.Pd, M.Si, menyebutkan bahwa pada 2014 sampai dengan 2019, Prov. Malut, kasus malaria turun secara signifikan, dari 4.451 kasus menjadi 557 kasus.
Baca Juga
“Ini merupakan salah satu kebanggaan dan apresiasi untuk semua yang terlibat dalam percepatan penuruan malaria”, ungkap Anwar dalam Jambore Fasilitator PLA 'Bebas Malaria, Prestasi Bangsa' seperti dikutip dari rilis yang diterima Health-Liputan6.com.
Advertisement
Lebih lanjut Anwar menerangkan bahwa dari 10 Kabupaten/Kota, sudah 8 diantaranya dengan angka kasus malaria dibawah 1/1000 penduduk. Saat ini tersisa 2 kabupaten lagi yang masih diatas 1/1000 penduduk yaitu Halmahera Timur dan Taliabo.
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek pun mengapresiasi kerja keras Maluku Utara dalam upaya penurunan kasus malaria.
“Jika Maluku Utara saja dengan gugus pulau yang tidak mudah dan geografis yang sulit, tapi bisa melakukan upaya untuk mengeliminasi malaria, seharusnya dapat memacu daerah lain yang memiliki akses lebih mudah untuk segeran mengeliminasi malaria dan saya rasa ini layak untuk diberikan apresiasi dunia,” kata Nila.
Masyarakat tanam tanaman antimalaria
Salah satu pujian Nila layangkan untuk masyarakat Maluku Utara yang aktif menanam tanaman antinyamuk untuk mengurangi ancaman malaria.
“Sebetulnya kan ini cukup sederhana dan mudah, manusia itu suka bunga, sedangkan nyamuk tidak suka bunga dan manusia tidak suka nyamuk, itu artinya kita tanam saja bunga yang banyak untuk mengusir nyamuk yang nakal,” tuturnya.
Advertisement