Animator Indonesia Pinot Berbagi Cerita Hadapi Suhu Panas Ekstrem di Kuwait

Kreator konten asal Indonesia yang pernah tinggal di Kuwait, Wahyu "Pinot" Ichwandardi berbagi cerita tentang pengalamannya menghadapi suhu panas ekstrem di negara itu

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Jun 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2019, 11:00 WIB
Wahyu "Pinot" Ichwandardi
Ilustrator Wahyu "Pinot" Ichwandardi. Liputan6.com/Yuslianson

Liputan6.com, Jakarta Kuwait sempat dilanda suhu panas yang ekstrem beberapa hari yang lalu. Bahkan, pada Sabtu lalu, surat kabar Al Qabas melaporkan udara di sana mencapai 52,2 derajat Celsius di pagi hari dan 63 derajat Celsius di bawah sinar matahari.

Sebagai seorang warga negara Indonesia yang sempat menetap di Kuwait, Wahyu Ichwandardi atau sering disapa Pinot, mengungkapkan bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan suhu udara yang ekstrem.

"Suhu di Kuwait bisa sangat ekstrem. Jika musim panas mencapai 50 derajat Celsius, maka saat musim dingin mencapai -5 derajat Celsius terutama di gurun," kata Pinot saat dihubungi Health Liputan6.com melalui surel, ditulis Rabu (19/6/2019).

Bahkan, masyarakat tetap melakukan berbagai kegiatan sehari-hari meski cuaca cukup ekstrem seperti suhu panas. Sekalipun pemerintah sudah membatasi berbagai kegiatan luar ruangan terutama pekerjaan konstruksi.

Tips Hadapi Suhu Panas

Wahyu "Pinot" Ichwandardi
Ilustrator Wahyu "Pinot" Ichwandardi membuat sketsa menggunakan Galaxy Note 8. Liputan6.com/Yuslianson

"Walau dibatasi, tetap saja ada pekerjaan-pekerjaan berat yang masih dilakukan di luar ruangan," kata pria yang saat ini menetap di New York City, Amerika Serikat.

Pinot mengatakan, saking terbiasanya, masyarakat sering melakukan aktivitas seperti piknik atau membakar barbeque saat musim dingin. Mereka biasanya pergi ke taman atau pantai, dengan memakai sweater atau jaket agar tidak kedinginan.

Sementara, untuk menghadapi udara panas, Pinot mengatakan bahwa agar bisa bertahan dari cuaca tersebut, rajinlah mengukur kapasitas tubuh. Menurutnya, cara semacam ini bisa dipelajari bagi orang Indonesia ketika harus berhadapan dengan suhu panas yang ekstrem.

"Kurangi kegiatan yang melelahkan dan banyak minum," kata pria yang dikenal lewat trailer Star Wars: The Last Jedi dalam tampilan animasi retro tersebut.

Awal Merantau Lebih Sering di Ruangan Ber-AC

Penyebab Boros Listrik Karena AC
Jangan menurunkan suhu di bawah 22 derajat / Sumber: iStockphoto

Ayah tiga anak ini sendiri mengakui bahwa awal dirinya dan keluarga merantau ke Kuwait, mereka lebih memilih berdiam diri di ruangan berpendingin saat suhu mencapai 50 derajat Celsius. Namun kelamaan, mereka jadi terbiasa.

"Bahkan sanggup piknik makan bakso dan ketoprak di taman dengan suhu 50 derajat Celsius," katanya.

Dalam tulisan di blog-nya, pinodita.blogspot.com pada 2014, Pinot mengungkapkan bahwa berada di suhu 50 derajat Celsius seperti berada di samping blower yang menyemprot angin panas. Namun, itu tidak menyurutkan mereka untuk menghadiri sebuah kegiatan di taman.

Selain suhu panas dan dingin ekstrem, Pinot juga mengungkapkan ada juga musim peralihan atau sarayat season.

Biasanya, pada Maret sampai April jelang musim panas dan September sampai Oktober jelang msum dingin, akan terjadi badai gurun, hujan es batu, badai petir, hingga kelembapan tinggi yang mungkin terjadi bersamaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya