Liputan6.com, Jakarta Di era teknologi canggih seperti saat ini, mungkin Anda berhadapan dengan anak, teman atau bahkan pasangan yang kecanduan gim online. Daya tarik gim online pada sebagian orang sampai-sampai melupakan kegiatan primer harian mereka.
Baru-baru ini peneliti dari Johannes Gutenberg-University Mainz Jerman menemukan sebuah harapan mengatasi kecanduan gim. Yakni lewat terapi bicara atau cognitive behavioral therapy (CBT).
Baca Juga
Dalam studi yang melibatkan 143 pria Jerman dan Austria yang didiagnosis mengalami kecanduan gim dan gawai. Sekitar setengah dari partisipan diajak untuk melakukan CBT. Selama 15 minggu mereka melakukan sesi bersama gamer lain dan terapis.
Advertisement
Sesudah menjalankan terapi tersebut selama 15 pekan, sekitar 50 orang menunjukkan penurunan keinginan bermain gim online.
"Kami menemukan bahwa program CBT kami efektif di seluruh rentang ini, tanpa memandang usia atau pusat perawatan,' tulis para penulis penelitian dalam JAMA Psychiatry seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (12/7/2019).
Sayangnya, tidak diketahui apakah terapi yang sama juga berpengaruh pada wanita.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Tentang CBT
Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan cara yang paling banyak digunakan, dicoba dan terbukti membantu untuk mengubah perilaku. Termasuk perilaku kecanduan gim online seperti ini.
CBT adalah salah satu terapi 'bicara' yang paling umum dan membantu pasien mengidentifikasi akar perilaku bermasalah mereka. Dari situ akan mengembangkan kebiasaan baru yang lebih baik.
World Health Organization (WHO), secara resmi mengakui kecanduan gim sebagai masalah mental. Hal ini diumumkan pada Sabtu 25 Mei 2019.
Dalam laporan terbaru International Classification of Diseases (ICD), WHO resmi memasukkan kecanduan gim ke dalam daftar penyakit modern.
Kecanduan gim online seperti yang dialami oleh sebagian orang saat memang perlu mendapat penanganan. Jika dibiarkan banyak aktivitas terganggu karena waktu yang digunakan hanya untuk bermain gim. Bahkan mereka sampai lupa untuk tidur. Tentu saja hal ini akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Advertisement