Liputan6.com, Jakarta Datang dari Jawa Tengah ke Jakarta, Siti Riza Azmiyati yang merupakan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Penyuluh Keluarga Berencana (KB), perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah berhasil mencuri perhatian di antara rekan-rekan sejawatnya. Ia meraih penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).
Pemberian penghargaan CPNS tersebut dilakukan dalam acara Presidential Lecture II yang digelar di Istora Senayan pada 24 Juli 2019. Kemenpan-RB memberikan beberapa penghargaan bagi CPNS, salah satunya diberikan kepada Riza, demikian perempuan kelahiran Tegal, 22 Januari 1991 ini disapa.
Advertisement
”Dari awal, saya memang berniat untuk menjadi PNS. Karena saya melihat PNS adalah jalan hidup yang mulia, mengabdikan dan mendedikasikan diri bagi masyarakat. Saya ingin jadi bagian dari orang-orang hebat tersebut,” ungkap Riza dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Minggu (28/9/2019).
“Jauh-jauh hari sebelum proses seleksi, saya mempelajari tes SKD, baik dari buku maupun internet. Saya membiasakan diri dengan tipe-tipe soal SKD, seperti Tes Intelegensi Umum (TIU) yang biasanya mempunyai pola-pola soal tertentu serta menguji logika serta analisis,” tambah Riza.
Riza mendapatkan penghargaan sebagai CPNS dengan nilai tertinggi Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) nasional, yakni nilai 444. Lulusan Sarjana Strata 1 lulusan Universitas Negeri Semarang tahun 2014 ini mendaftar seleksi CPNS BKKBN melalui jalur formasi umum.
Persiapan mengikuti ujian CPNS dilakukan Riza secara sungguh-sungguh. Ia belajar materi tes SKD dan wawasan pengetahuan umum lain yang akan diujikan. Berbagai pola soal ujian CPNS pun ia pelajari.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Senang Membantu Orang Lain
Riza juga mempersiapkan diri menghadapi ujian CPNS dengan belajar Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Ini karena para CPNS diharuskan memahami tentang sejarah bangsa, falsafah bangsa, Pancasila, dan Undang-undang Dasar 1945 serta sistem kepemerintahan.
“Saya juga belajar Tes Karakteristik Pribadi (TKP) yang menguji, apakah karakter kita sesuai dengan karakter seorang PNS yang berjiwa melayani,” ujar Riza yang merupakan wisudawan terbaik jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang tahun 2014.
Sekitar 6.198 CPNS dari berbagai instansi pemerintahan mengikuti Presidential Lecture bersama Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Riza juga menyampaikan alasan mengapa ia memilih menjadi penyuluh KB.
“Saya memilih Penyuluh KB karena senang bertemu orang baru. Lebih senang lagi jika bisa membantu mereka. saya bahagia bila bisa sharing (berbagi cerita dan informasi) dengan rekan, mendengarkan masalah-masalah mereka, berdiskusi solusi-solusi yang kira-kira bisa mereka pilih. Apabila mereka telah memutuskan dan merasa pilihannya tepat, saya juga merasa lega karena bisa membantu,” ujar Riza, anak kedua dari tiga bersaudara.
Alasan itulah yang memacu Riza tertarik mengisi posisi penyuluh KB, tegas Riza), yang aktif di organisasi Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) UNNES selama kuliah.
Selain itu, inspirasi memasuki dunia PNS juga hadir dari sang ibu. Ibu Riza juga seorang PNS yang bertugas di RSUD Slawi, Tegal.
Advertisement
Pekerjaan yang Mulia
Di mata Riza, profesi penyuluh KB merupakan pekerjaan mulia. Menemui langsung masyarakat, mengetahui, dan mengamati perilaku masyarakat di lapangan. Sebuah pekerjaan yang mengasyikan.
“Menurut saya, menjadi penyuluh KB merupakan pekerjaan mulia dan mengasyikan. Mengasyikan karena bisa langsung bertemu masyarakat, mengetahui sisi berbeda dari suatu perilaku masyarakat yang mungkin perlu diperbaiki, dan bersama masyarakat memperbaiki hal tersebut lewat pendekatan-pendekatan personal maupun komunitas,” Riza menerangkan.
Sebagai pekerjaan mulia karena bisa terjun langsung menemui masyarakat, memberi edukasi tentang kesehatan, dan mendorong masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidupnya, lanjut Riza yang pernah bekerja selepas lulus sampai tahun 2017 di sebuah klinik vaksinasi di Jakarta Pusat.
Penyuluh KB adalah ujung tombak program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di lini lapangan.
Data BKKBN, saat ini penyuluh KB di seluruh Indonesia berjumlah 14.169 orang. Jumlah ini masih kurang ideal karena seharusnya seorang Penyuluh KB maksimal membawahi dua desa.
Tantangan Penyuluh KB
Tantangan Program KKBPK masih tinggi. Meskipun angka Total Fertility Rate (TFR) sudah mengalami penurunan dari 2,6 menjadi 2,4 pada tahun 2017 setelah mengalami stagnansi selama 10 tahun terakhir, tapi tantangan-tantangan lainnya misalnya capaian pemakaian kontrasepsi modern, kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan sampai akhir tahun 2019 nanti.
Selanjutnya, BKKBN mencatat, tantangan-tantangan para penyuluh KB dan petugas lapangan KB sebagai sumber informasi dan edukasi untuk Pasangan Usia Subur (PUS), keluarga dan masyarakat tentang Program KKBPK juga masih tinggi.
Hal ini dilihat dari tingkat pengetahuan dan pemahaman PUS tentang jenis metode kontrasepsi modern, pemahaman dan kesadaran tentang fungsi keluarga, serta remaja yang mengakses Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja juga perlu didorong agar tercapai sesuai target.
Advertisement