Saran Kepala BKKBN, Perhatikan Jarak Kehamilan agar Anak Tidak Stunting

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan jarak kehamilan bisa memengaruhi terjadinya stunting.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Sep 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2019, 20:00 WIB
Hasto Wardoyo
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan, stunting juga terkait jarak kehamilan. (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Liputan6.com, Tangerang Jarak kehamilan rupanya bisa memengaruhi terjadinya stunting pada anak. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Hubungan jarak kehamilan yang pendek menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting. Menyoal hal tersebut, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyarankan, perempuan harus memerhatikan jarak kehamilan.

"Jarak kehamilan yang dekat juga dapat memengaruhi terjadinya stunting dan persoalan kesehatan lain," kata Hasto dalam sebuah acara di Tangerang, Banten, mengutip keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Jumat (13/9/2019).

"Kita perlu memerhatikan jarak kehamilan satu dengan kehamilan selanjutnya. Ya, karena hal ini menyebabkan risiko kematian ibu dan bayi apabila jarak antarkehamilan sangat dekat."

Upaya memerhatikan jarak kehamilan termasuk bagian penting menjaga kualitas manusia dan keluarga. Bahwa pembangunan keluarga merupakan salah satu bagian dari mewujudkan pembangunan manusia di bidang kesehatan yang berkualitas.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Status Gizi dan Perhatikan Kesehatan

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Dari jurnal berjudul Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Anak dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Kao, Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat akan mempengaruhi status gizi dalam keluarga karena kesulitan mengurus anak dan kurang menciptakan suasana tenang di rumah.

Jarak kelahiran terlalu dekat mempengaruhi pola asuh terhadap anaknya, orangtua cenderung kerepotan sehingga kurang optimal dalam merawat anak, menurut jurnal yang terbit di eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3 pada 1 Maret 2015.

Cegah stunting pun harus dimulai sejak bayi belum lahir sampai 1.000 hari pertama kehidupan.

"Mencegah stunting harus dari bayi yang belum lahir sampai dengan bayi yang sudah lahir sampai pada 1000 hari pertama kehidupan. Suami dan istri harus mempersiapkan diri juga dengan memerhatikan kesehatannya," lanjut Hasto.

"Kesehatan suami, misalnya, yang perokok dapat berpengaruh pada kualitas sperma, bibit sperma yang tidak bagus bisa mempengaruhi kualitas janin yang akan dihasilkan. Bayi dibentuk plasenta hanya dalam waktu 16 minggu, plasenta ini yang akan menentukan akan terbentuk bayi yang unggul atau tidak, maka perempuan dan ibu perlu ada asupan vitamin, zat besi, asam folat sejak sebelum hamil."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya