Penggunaan Obat Bius pada Balita Bisa Berakibat Fatal

Melakukan anestesi tak memandang fisik, baik orang dewasa maupun anak-anak. Namun, anestesi memiliki risiko yang lebih besar pada anak-anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 11:00 WIB
Suntikan dan obat (iStock)
Ilustrasi steroid. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Prosedur Anestesi atau obat bius lokal merupakan suatu tindakan yang dilakukan tenaga medis untuk mengurangi rasa sakit pasien selama menjalani operasi. Pasien akan diberikan suntikan anestesi pada bagian yang sakit untuk kemudian dilakukan operasi.

Namun belum lama ini prosedur anestesi pada balita di Amerika Serikat menelan korban.  Daisy Lynn Torres, seorang balita 14 bulan meninggal akibat obat bius saat melakukan perawatan gigi pada bulan Maret. Hal ini berdasarkan lansiran dari Health.

Berawal dari penuturan dokter spesialis anak di Austin Children's Dentistry, Amerika Serikat, dr. Michael Melanson, menyampaikan kepada ibunya Daisy, Betty Squier, bahwa Daisy membutuhkan suntikan anestesi.

Squire tidak begitu yakin mengenai perlunya anestesi gigi pada anaknya. Namun, dr. Melason mengatakan bahwa ia mengizinkannya melakukan anestesi tersebut. Saat dibius, jantung Daisy berhenti berdetak dan ia segera dilarikan ke rumah sakit dan kemudian meninggal dunia.

Saksikan juga video menarik berikut:

Ibunya Tak Yakin Mengenai Perlunya Anestesi Gigi

"Orang hanya dapat berspekulasi tentang mengapa perawatan dilakukan mengingat tidak ada indikasi penyakit gigi atau patologi," menurut hasil autopsi.

Sebuah pernyataan pada Inside Edition, pengacara dr. Melanson mengatakan bahwa tidak ada bukti ahli anestesi atau doker gigi melakukan sesuatu yang menyebabkan peristiwa tersebut. Menurutnya, keselamatan anak adalah satu-satunya tujuan semua orang. Dia juga merasa sangat sedih atas peristiwa tersebut.

Meninggalnya Daisy bukan merupakan kasus anestesi gigi pertama. Pada bulan Juli, gadis berusia 3 tahun di California meninggal dunia setelah melakukan prosedur anestesi gigi. Menurut laporan the Association of Health Care Journalists, kasus anestesi gigi menjadi berita utama, seperti yang dilaporkan Huffington Post, 31 anak-anak meninggal dunia dalam 15 tahun terakhir.

Anak-Anak Memiliki Risiko Lebih Besar Pada Anestesi

Seperti yang dilansir dari Medical Xpress, menurut asisten profesor anestesiologi di University illinois College of Medicine, Amerika Serikat, dr. Helen Lee, anak-anak memiliki risiko yang lebih besar ketika mendapatkan prosedur anestesi karena beberapa anak tidak memiliki cadangan oksigen fisiologis yang besar untuk dapat menahan oksigen rendah saat anestesi. Jadi, oksigen rendah mereka menyebabkan konsekuensi yang serius, termasuk kerusakan otak.

"Penelitian juga diperlukan untuk memeriksa bagaimana penyedia layanan dapat mendukung praktik mereka agar mengurangi risiko negatif bagi pasien anak-anak yang melakukan prosedur anestesi gigi," kata dr. Lee.

"Saya percaya bahwa ada solusi untuk masalah ini dan mencari tahu seperti apa kerja sama antara penyedia anestesi, dokter gigi, dan pasien," ujar dr. Lee. "Pada akhirnya, semua orang menginginkan hal yang sama agar anak-anak menjadi lebih aman," lanjutnya.

 

 

Penulis: Salsabila Fauziah Rahman

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya