Liputan6.com, Jakarta - Aktris Ria Irawan meninggal dunia pada Senin, (06/12/2019) di usia 50. Putri dari Bambang Irawan dan Ade Irawan ini diketahui pernah mengidap kanker getah bening, yang kemudian menyebar ke otak.
Ria Irawan akhirnya menyerah setelah berjuang melawan kanker getah bening yang sudah dideritanya sejak 2014 lalu.
Baca Juga
Awalnya, Ria didiagnosis memiliki miom -- pertumbuhan massa dalam rahim yang tidak bersifat ganas dan dapat tumbuh di dalam atau di bagian luar rahim wanita sejak usianya menginjak 5 tahun.
Advertisement
Selanjutnya, ia kembali didiagnosis kanker endometrioum atau dinding rahim, yang mengharuskannya untuk melakukan pengangkatan rahim, dan tak lama setelahnya, Ria Irawan kembali didiagnosis terkena kanker kelenjar getah bening.
Kanker Kelenjar Getah Bening
Kanker kelenjar getah bening adalah kanker yang menyerang sistem limfatik, yaitu bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melawan infeksi, yang banyak ditemukan pada bagian tubuh, seperti ketiak, leher, dan selangkangan.Â
Sel-sel kanker dapat melakukan perjalanan melalui sistem getah bening setelah melepaskan diri dari tumor awal, membawanya ke kelenjar getah bening. Kanker yang muncul di kelenjar getah bening adalah indikator bagaimana kanker menyebar.
Seperti yang diwartakan dalam Klik Dokter, umumnya benjolan kelenjar getah bening tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga sering kali penderita mengabaikan gejala tersebut.
"Perlu diketahui bahwa kanker kelenjar getah bening terdiri dari dua jenis yang utama, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin," tulis Resthie Rachmanta Putri, dokter konsultan epidemiologi lulusan Universitas Indonesia.
Advertisement
Limfoma
Limfoma non-Hogkin merupakan jenis kanker yang lebih sering terjadi. Studi telah menemukan bahwa jenis limfoma ini terjadi karena adanya mutasi gen yang dikenal dengan nama onkogen BCL-2.Â
Penyebab utamanya adalah infeksi virus Epstein-Barr yang menyebabkan penyakit bernama mononukleosis infeksiosa. Penyakit ini biasanya menular dari air liur dan menyebabkan gejala berupa demam, sakit tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri otot, dan kemerahan di kulit.
Sedangkan limfoma non-Hodgkin lebih rentan terjadi pada orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan tubuh.
Contohnya, orang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, seperti penderita HIV, orang yang baru saja menjalani transplantasi organ (misalnya transplantasi ginjal, hati, atau sumsum tulang), atau orang yang harus mengonsumsi obat jenis imunosupresan, penderita penyakit autoimun, dan orang yang mengalami infeksi kronis seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan gejala mag atau infeksi hepatitis C.
Â
Penulis: Lorenza Ferary
Â
Simak video berikut ini: