Skenario New Normal Sekolah, Kementerian PPPA Usul Sehari Maksimal 4 Jam Belajar

Skenario New Normal sekolah, Kementerian PPPA usul sehari maksimal siswa belajar 4 jam.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 28 Mei 2020, 19:17 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2020, 19:00 WIB
Penerapan New Normal, Stasiun MRT Bundaran HI Dijaga TNI
Personil TNI berjaga di Stasiun MRT Bundaraan HI, Jakarta, Selasa (26/5/2020). Kedepannya aparat gabungan TNI dan Polri akan dikerahkan ke berbagai lokasi keramaian untuk mengawasi aktivitas masyarakat dalam penerapan new normal di tengah pandemi covid-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Skenario new normal sekolah yang sedang dipersiapkan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merekomendasikan memperpendek jam pelajaran. Maksimal siswa belajar 4 jam sehari.

"Yang sedang kami rekomendasikan untuk protokol new normal di bidang pendidikan adalah menghilangkan jam istirahat. Jadi, memperpendek jam pelajaran," jelas Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian PPPA, Ciput Eka Purwianti dalam webinar, Kamis (28/5/2020).

"Saat ini sedang didiskusikan juga. Maksimal 4 jam dalam sehari belajar dan tidak ada jam istirahat. Kemudian juga mencegah kepadatan anak-anak masuk sekolah itu juga sedang diusulkan. Ada pengaturan berbeda jam masuk antar kelas."

Sampai sekarang memang belum ada kepastian kapan siswa kembali ke sekolah. Sempat beredar kabar, sekolah mulai dibuka pada Juli - Agustus 2020 mendatang, bulan tersebut memang merupakan jadwal tahun ajaran baru.

Namun, kabar ditepis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Mengingat situasi pandemi COVID-19, kabar yang beredar tersebut tidaklah benar. Ini dikarenakan kegiatan belajar mengajar di sekolah masih dipertimbangkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Pengalaman dari Australia

Pesan Warga Sydney di Tengah Pandemi Virus Corona
Foto yang diabadikan pada 4 April 2020 ini menunjukkan pesan yang meminta warga untuk tetap di rumah selama pandemi virus corona Covid-19 di Fairlight, Sydney, Australia. (Xinhua/Bai Xuefei)

Ciput menambahkan, ia dan tim Kementerian PPPA juga menyimak pengalaman dari Australia. Di sana, sekolah sudah mulai dibuka, tapi tidak seluruh kelas yang masuk. Hanya ada beberapa kelas yang dibuka.

"Kami kemarin mendengar pengalaman baik dari teman-teman di Australia, contohnya. Mereka sekarang sudah mulai kembali ke sekolah, tapi tidak seluruh kelas kembali ke sekolah dulu. Jadi, hanya dua kelas dulu untuk uji coba," tambahnya.

"Ini termasuk mempersiapkan siswa dan guru juga semua tenaga pendidik dengan yang kehidupan normal yang baru. Kalau di Indonesia, saya pikir bisa disiasati dengan jeda jam masuk setiap kelas, sehingga menghindari bertumpuknya anak-anak di pintu gerbang sekolah."

Sarana Cuci Tangan

Kesalahan Saat Membersihkan Layar Handphone
Sarana cuci tangan dengan sabun perlu disediakan di sekolah. / Sumber: iStockphoto

Selanjutnya, sekolah juga perlu memperbanyak sarana untuk cuci tangan dengan sabun supaya mencegah antrean siswa. Biasanya anak-anak lupa ini kalau sudah berkumpul untuk cuci tangan.

"Kemudian mereka saling bercanda," lanjut Ciput.

Oleh karena itu, persiapan New Normal sekolah pun perlu diawasi oleh orangtua siswa. Orangtua berperan memberikan pengertian soal virus Corona. Rajin cuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, dan menjaga jarak aman dengan teman dapat dilakukan.

"Orangtua dapat mempersiapkan anak untuk paham bahwa virus ini belum ada vaksinnya dan tidak bisa dianggap main-main," tutup Ciput.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya