Liputan6.com, Jakarta Sindrom Sjogren merupakan salah satu dari beberapa penyakit autoimun yang kerap ditemukan pada beberapa orang dengan kondisi tersebut.
Dokter Alvina Widhani dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa sindrom Sjogren, merupakan penyakit autoimun yang bersifat kronik dan sistemik.
Baca Juga
"Kalau Sjogren syndrome ini dia mengenai terutama kelenjar air liur. Jadi, yang diserang adalah kelenjar air liur atau kelenjar air mata sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik. Akibatnya berbagai keluhan seperti mata kering, kemudian mulut kering, itu dirasakan oleh pasien," kata Alvina dalam sebuah seminar daring beberapa waktu lalu, ditulis Rabu (12/8/2020).
Advertisement
Alvina mengungkapkan, pasien yang sudah didiagnosis mengalami penyakit autoimun sindrom Sjogren tetap bisa meningkatkan kualitas hidupnya dengan menjalankan berbagai tata laksana untuk merawat dirinya.
Alvina mengungkapkan bahwa pasien autoimun sindrom Sjogren tidak boleh hanya bergantung dari obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau perawatan di rumah sakit.
"Pasien harus punya keinginan untuk sembuh dengan mengubah pola hidup," ujarnya.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Kendalikan Stres
Alvina mengatakan, sindrom Sjogren sama halnya seperti penyakit autoimun atau penyakit kronik lain seperti diabetes atau hipertensi. Sehingga, beberapa orang dengan kondisi ini harus tetap mengonsumsi obat-obatan dan menjaga pola hidupnya.
"Kemudian mereka yang Sjogren syndrome-nya masih ringan ada beberapa yang bisa tanpa obat-obatan kimia atau obat dokter, tapi ada pasien-pasien yang harus me-maintance penyakit dengan obat-obatan."
Selain itu, pasien juga harus mampu mengendalikan tingkat stresnya agar tidak memicu gejala dari sindrom Sjogren.
"Kita tidak mungkin sama sekali menghindari stres dalam hidup kita, tapi bagaimana kita bisa menghadapi stres tersebut, kemampuan untuk beradaptasi, itu penting untuk kita bisa mengendalikan. Karena stres itu berpengaruh ke daya tahan tubuh," kata Alvina yang juga Dewan Pembina Yayasan Sjogren's Syndrome Indonesia ini.
Advertisement
Kecukupan Vitamin D
Alvina juga mengatakan bagi pasien sindrom Sjogren harus menyesuaikan aktivitas fisiknya. Ia menjelaskan, banyak penyandang kondisi ini masih berada di usia produktif.
"Jadi kita harus berbicara dengan tubuh kita, kemampuannya seperti apa. Jangan dipaksakan. Kalau memang aktivitas fisik atau olahraganya tidak bisa berat, harus disesuaikan jadi lebih ringan. Kemudian menyesuaikan aktivitas sehari-hari sehingga pekerjaan lebih bisa ditoleransi oleh tubuh."
Tentu saja, Alvina mengatakan bahwa penting bagi pasien untuk menghindari kebiasaan merokok yang terbukti bisa memperberat kondisi autoimun.
Pola hidup lain yang harus dilakukan oleh penyandang sindrom Sjogren lainnya adalah rutin minum air dengan cukup dan menghindari konsumsi kafein, menjaga kebersihan gigi dan mulut, mengurangi konsumsi gula, serta menghindari lingkungan yang membuat mata menjadi kering serta menghindari terlalu lama di depan komputer atau terlalu lama membaca.
Apabila pasien memiliki kekurangan vitamin D, ia disarankan untuk mencukupi kebutuhannya. Alvina mengatakan, vitamin D juga berpengaruh terhadap daya tahan tubuh.
"Kita bisa dapatkan vitamin D itu dari paparan matahari, tapi memang ada penyakit autoimun yang tidak boleh terpapar dengan matahari misalnya lupus. Kalau ingin mendapatkannya dari paparan matahari, tidak boleh terlalu lama juga."
Jika asupan vitamin D dari paparan matahari dan makanan dirasa kurang cukup, pasien seringkali akan direkomendasikan suplemen vitamin D oleh dokter tergantung dari tingkat kekurangannya.
Ia menambahkan, ada beberapa pengobatan lain yang akan diberikan oleh dokter untuk mengurangi gejala yang dialami pasien tergantung dari kasus yang dialami.