Liputan6.com, Jakarta - Sindrom Sjogren mungkin bukan penyakit yang terdengar familiar di masyarakat kita. Namun, penyakit autoimun ini memiliki gejala yang kerap tak disadari karena mirip dengan kejadian yang biasa terjadi sehari-hari.
Dokter Alvina Widhani dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun yang bersifat kronik dan sistemik.
"Jadi dia memang sifatnya terjadi bersifat jangka panjang," kata Alvina dalam sebuah seminar daring yang diselenggarakan Kalbe pada Kamis, 6 Agustus 2020.
Advertisement
Baca Juga
Ia juga menyebut selain kronik atau jangka panjang, sindrom yang dinamakan dari seorang dokter bernama Henrik Sjogren ini juga bersifat sistemik atau mampu mengenai berbagai organ.
"Kalau Sjogren syndrome ini dia mengenai terutama kelenjar air liur. Jadi, yang diserang adalah kelenjar air liur atau kelenjar air mata sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik. Akibatnya berbagai keluhan seperti mata kering, kemudian mulut kering, itu dirasakan oleh pasien."
Alvina juga menyebutkan, penyakit autoimun Sindrom Sjogren juga bisa menyerang organ lain di luar kelenjar seperti saraf, paru-paru, dan ginjal.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Gejala yang Umum
Dalam pemaparannya, Alvina mengungkapkan ada beberapa gejala dari Sindrom Sjogren.
"Gejalanya seringkali mungkin awalnya tidak disadari sebagai satu hal yang cukup serius yang harus ditata laksana," kata Alvina yang juga merupakan Dewan Pembina Yayasan Sjogren's Syndrome Indonesia ini.
Beberapa gejala yang umum terjadi pada mulut antara lain: sulit menelan makanan kering, sensitif terhadap makanan pedas, karies, sulit menelan makanan tanpa air, perubahan pengecap, jamur di mulut. Lalu pada mata seperti mata kering, gatal, terbakar, dan berpasir, terutama setelah menggunakan komputer dalam waktu lama, serta adanya infeksi atau luka.
Gejala lain misalnya batuk kering, hidung kering, sinusitis berulang, hidung berdarah, rambut kasar, kulit kering, vagina kering pada perempuan, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar air liur, mudah lelah, fibromalgia, gangguan pencernaan, peradangan kandung kemih, depresi, hingga gangguan kognitif.
Namun, Alvina menegaskan bahwa tidak semua gejala mata kering, mulut kering, kulit kering, dan beberapa gejala di atas disebabkan sindrom Sjogren. Untuk memastikannya, seseorang haruslah melakukan pemeriksaan ke dokter.
Â
Advertisement
Pemeriksaan untuk Diagnosis
Alvina mengatakan, diagnosis sindrom Sjogren bisa dilihat dengan menggunakan pemeriksaan gejala, fisik, serta tes penunjang lain, salah satunya melihat produksi air mata dari pasien.
"Untuk mengonfirmasi apakah produksi air matanya berkurang, kita biasa bekerja sama dengan dokter spesialis mata, kita lakukan tes Schirmer untuk mengetahui apakah produksi air matanya memang berkurang."
Selain itu, pemeriksaan secara obyektif bisa dilakukan dengan tes untuk melihat apakah air liur pasien berkurang atau tidak. "Kemudian kita bisa mengonfirmasi dengan memeriksa darah untuk melihat apakah adanya Sjogren syndrome ini," kata Alvina.
Jika pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan darah, sel darah merah dan putih, serta fungsi ginjal dan hati, pemeriksaan spesifik untuk melihat apakah ada kondisi autoimun khususnya Sjogren syndrome menggunakan pemeriksaan antinuclear antibody (ANA).
"Untuk lebih spesifik mengetahui ANA yang positif terkait dengan penyakit autoimun apa, kita bisa periksa namanya profile ANA."