Banyak Pandemi Menyerang Pernapasan tapi Dokter Paru di Indonesia Masih Kurang

PDPI mengatakan bahwa idealnya, terdapat 2.500 dokter spesialis paru di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Sep 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2020, 19:00 WIB
Penyebab Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Hasil Scan Penyakit Penderita Paru-Paru Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Jumlah dan pemerataan dokter spesialis paru di Indonesia masih kurang. Apalagi dalam menghadapi situasi pandemi seperti saat ini.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan bahwa dalam sejarah, pandemi yang sempat melanda dunia sangat erat kaitannya dengan penyakit paru.

"Sejak kasus Flu Spanyol tahun 1918, itu adalah kasus pandemi terbesar yang ada selama ini, adalah penyakit yang berhubungan dengan respirasi. Kita selalu tahu pandemi-pandemi selanjutnya seperti SARS kemudian flu burung, itu juga terkait dengan respirasi dan pernapasan," kata Ketua Umum PDPI Agus Dwi Susanto dalam konferensi pers virtual terkait Hari Ulang Tahun PDPI yang ke-47.

Maka dari itu, Agus mengatakan bahwa dokter paru punya peran terdepan dalam menangani penyakit-penyakit mendesak semacam itu. Namun, ia melihat bahwa dari sisi ketersediaan dokter spesialis paru di Tanah Air, jumlahnya masih terbilang kurang.

Agus memaparkan, saat ini jumlah dokter spesialis paru di Indonesia baru ada 1.206 di seluruh Indonesia yang tersebar di 29 cabang PDPI.

"Kalau kita melihat jumlah penduduk di Indonesia (sebanyak) 250 juta, semestinya kita memiliki minimal 2.500 dokter paru. Tentunya ini menjadi PR yang harus kita kejar bersama dan memerlukan juga dukungan dari pemerintah bagaimana dokter-dokter paru bisa ditambah untuk bisa menghadapi tantangan ke depannya," ujarnya.

"Kita masih 1 dokter paru berbanding hampir 200 ribu penduduk. Tentu ini masih jauh dari harapan."

 

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Peran Penting Dokter Paru dalam Menghadapi Pandemi

dr. Agus Dwi Susanto (tengah) bersama dr. Erlina Burhan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, memberikan paparan terkait bahaya tuberkulosis di Jakarta, Jumat (23/3/2018). (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti).
dr. Agus Dwi Susanto (tengah) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti).

PDPI pun menyatakan bahwa mereka merencanakan akan menambah lulusan dokter spesialis paru dengan menambah pembukaan program pendidikan dokter paru.

"Kami sudah siapkan sampai dengan 12 pendidikan dokter paru di Indonesia tapi yang baru menghasilkan lulusan baru 7," tambahnya.

"Tentunya kita butuh dukungan dari pemerintah, dukungan dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Tinggi, karena sejarah sudah menunjukkan, pandemi dan penyakit di dunia itu banyak berhubungan dengan respirasi atau pernapasan. Oleh karena itu jumlah dokter paru di Indonesia harusnya ditingkatkan."

Agus mengatakan bahwa pandemi COVID-19 seperti saat ini membuktikan pentingnya peran dokter paru untuk menghadapi pandemi yang mungkin akan datang.

Ia mengungkapkan bahwa sebelum penyakit tersebut masuk ke tanah air, PDPI sudah sempat memberikan peringatan kepada masyarakat akan risiko munculnya COVID-19 di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Agus juga memberikan ucapan duka citanya terhadap rekan sesama dokter paru yang meninggal dunia karena COVID-19.

"Saat ini 50 dokter paru sudah terinfeksi COVID-19. Tiga di antaranya sudah meninggal dunia. Kita turut berbelasungkawa, bersedih, atas hal itu," ujar dokter yang berpraktik di RSUP Persahabatan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya