Liputan6.com, Jakarta Kanker serviks atau kanker leher rahim disebut sebagai pembunuh perempuan nomor satu di Indonesia. Pasalnya, diperkirakan 20 perempuan meninggal setiap harinya karena kanker serviks.
Data ini disampaikan oleh dokter kandungan di Siloam Hospitals Asri, Achmad Mediana. Menurutnya, setiap perempuan berisiko terkena Human Papilloma Virus (HPV) atau virus penyebab kanker serviks dalam masa hidupnya tanpa memandang usia dan gaya hidup.
Baca Juga
“Kanker serviks terjadi di mana sel normal di serviks berubah menjadi sel kanker dan disebabkan HPV,” ujar Achmad dalam seminar daring Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rabu (24/2/2021).
Advertisement
Ia juga menyebutkan beberapa faktor pendukung kanker serviks yakni menikah muda, kehamilan yang sering, merokok, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, dan infeksi menular seksual.
Sebagian besar penderita kanker serviks berlangsung tanpa gejala, lanjutnya. Apabila kanker menjadi parah, maka gejala-gejala yang mungkin timbul adalah pendarahan pervaginam, keputihan bercampur darah dan berbau, nyeri panggul, dan tidak dapat buang air kecil.
“Perjalanan untuk menjadi gejala ini sangat panjang, sekitar 15 tahun, jadi perempuan bisa terkena kanker ini sejak usia belasan (remaja) dan saat itu tidak ada gejala masih terasa normal. Kalau sudah bergejala, ini sudah telat.”
Simak Video Berikut Ini
Pencegahan Kanker Serviks
Kanker serviks yang mematikan akan sulit ditangani jika sudah muncul gejala, kata Achmad. Maka pencegahan sejak awal akan sangat membantu.
Pencegahan pertama yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks adalah skrining. Dengan skrining seseorang dapat mengetahui tanda-tanda awal dari kanker leher rahim ini.
“Skrining yang direkomendasikan di Indonesia namanya Pap Smear dan IVA Test. Ini harus rutin dilakukan,” kata Achmad.
Pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan memberikan informasi terkait kanker serviks kepada masyarakat secara terus menerus. Sedang, pencegahan primer dapat dilakukan dengan vaksinasi.
“Vaksinasi dengan skrining bersama-sama dapat mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif.”
Ia menambahkan, sekarang Indonesia sedang gencar melakukan vaksinasi COVID-19, sedangkan kanker serviks sudah ada sejak dulu dan seharusnya gencar pula vaksinasinya, tandasnya.
Advertisement