Liputan6.com, Jakarta Virus corona B117 yang baru saja masuk ke Indonesia tengah ramai diperbincangkan. Hal ini karena mutasi yang terjadi pada virus penyebab COVID-19 tersebut disebut-sebut lebih mudah menular, meski tak mempengaruhi keparahan atau efektivitas vaksin.
Juru Bicara Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, istilah "varian", "mutasi", dan "strain" yang banyak digunakan oleh masyarakat atau media, ternyata memiliki arti yang berbeda.
Baca Juga
"Mutasi adalah proses terjadinya kesalahan saat virus memperbanyak diri, sehingga virus anakan tidak sama dengan virus aslinya atau parental strain," kata Wiku dalam konferensi persnya dari BNPB, Kamis (5/3/2021)
Advertisement
Sementara varian, adalah virus yang dihasilkan oleh proses mutasi terjadi. "Jika varian menunjukkan sifat fisik yang baik, jelas, maupun samar, berbeda dari virus aslinya, maka varian disebut sebagai strain," kata Wiku.
Wiku melanjutkan, tujuan virus bermutasi adalah agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
"Terkadang virus dapat muncul dan bertahan, namun juga dapat muncul lalu menghilang karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya," katanya.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Pentingnya Studi Terhadap Virus
Menurut temuan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, terdapat 495 whole genome sequencing (WGS) yang dilaporkan dari Indonesia, dengan 471 di antaranya adalah WGS yang komplet.
"Varian D614G sudah ditemukan di Indonesia sejak April 2020 dan hingga Februari 2021, seluruh whole genome sequencing yang dilaporkan, bervarian D614G," ungkap Wiku.
"Namun data pelaporan WGS terbaru oleh Balitbangkes menunjukkan ada 2 WGS yang memiliki varian B117 yang diambil dari sampel pada bulan Februari 2021," tambahnya.
Wiku mengatakan, studi semacam ini dapat membantu memahami bagaimana perubahan bentuk virus dapat mempengaruhi luas penyebaran, efek gejala pada kasus positif, kemunculan pada alat tes, respons terhadap prosedur pengobatan, serta pengaruh terhadap efektivitas vaksin.
Ia pun kembali menegaskan, semakin sedikit keberadaan mutasi virus, maka peluang vaksin yang tengah dikembangkan saat ini untuk menjadi lebih efektif akan semakin besar. Di sini, melindungi diri dan orang lain dengan mencegah penularan, bisa mencegah terjadinya mutasi virus.
Advertisement