Kata Psikolog soal Cara Menanggapi Orang yang Sering Curhat di Media Sosial

Berempati adalah salah satu cara menanggapi orang yang sering curhat di media sosial.

oleh Asri Muspita Sari diperbarui 25 Mar 2021, 14:52 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2021, 09:00 WIB
ilustrasi curhat di media sosial/pexels
ilustrasi curhat di media sosial/pexels

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian individu merasa nyaman ketika bisa mencurahkan isi hati mereka kepada orang-orang terdekat seperti orangtua, keluarga, maupun sahabat terdekat. Namun, ada juga beberapa orang yang lebih lega saat curhat di media sosial.

Psikolog Analisa Widyaningrum mengatakan bahwa medsos bisa menjadi platform yang cukup riskan untuk mengungkapkan masalah personal. Menurut dia, curhat di media sosial punya sisi baik dan buruk. Terutama jika dilihat dari penggunaan bahasa dan respons orang lain.

"Karena banyak juga yang dapat tanggapannya nggak memberikan support positif. Sampai akhirnya membuat kondisi kejiawaan seseorang bukannya lebih baik, malah justru semakin buruk. Tapi ada juga yang semakin lega," jelas Analisa dalam tayangan Liputan 6 Talks, Selasa (16/3/2021).

Lalu, bagaimana sikap kita bila melihat orang yang sering curhat di media sosial? Dalam hal ini, usahakan untuk selalu memberikan komentar yang positif. Pasalnya, keadaan itu bisa membuat membuat seseorang merasa mendapat dukungan dari orang-orang di lingkungannya.

"Kalau punya kedekatan yang cukup erat dengan orang ini, mungkin kita bisa menanggapinya dengan positif. Artinya, kita bisa berempati merasakan apa yang dia rasakan sebagai teman baiknya," kata Analisa.

Sikap tenggang rasa dan empati juga ditunjukkan influencer Sania Leonardo ketika melihat seseorang curhat di media sosial. Menurut dia, hal itu merupakan sesuatu yang wajar dan tak menjadi masalah.

"Karena ada yang nggak bisa cerita sama keluarga kan. Jadi yaudah nggak apa-apa kalau dia mau curhat di media sosial, aku apresiasi. Daripada dia nggak cerita sama sekali terus nggak lega, kan kasihan," tutur Sania.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan videonya berikut ini


Kontrol Emosi

Mengontrol Emosi
Ilustrasi Menulis di Buku harian Credit: pexels.com/Fotios

Namun demikian, tak selamanya curhat di media sosial mampu menemukan solusi terbaik dan malah memperkeruh suasana. Menurut Analisa, hal itu sangat wajar terjadi. Karena manusia punya suatu dorongan yang membuat seseorang menjadi negatif ketika dirinya sedang mengalami hal yang negatif juga.

"Mau dia sehebat dan sebijak apa pun, yang namanya orang lagi kesal pasti dia akan kesal. Lalu, bagaimana cara dia memberikan reaksi terhadap rasa kesalnya? Ini yang membuat satu orang dengan orang lainnya berbeda," jelas Analisa.

"Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengontrol emosi. Misalnya saja menulis apa yang sedang kita rasakan, voice recording, menggambar, dan cerita ke orang lain. Jadi sebenarnya proses itulah yang membuat kita aware terhadap apa yang sedang kita rasakan," tambahnya.

Sementara itu, untuk meluapkan emosinya Sania Leonardo memilih untuk menuangkannya dalam tulisan di blog atau bercerita kepada orang terdekat. "Aku suka nulis kayak di blog. Terus aku paling curhatnya ke teman," pungkasnya.

Lalu, seperti apa penjelasan lengkap mengenai fenomena curhat di medsos jika dilihat dari sisi psikologi? Anda bisa menonton tayangan Liputan 6 Talks episode "Salah Bersosmed, Awas Gangguan Mental" pada video di bawah ini.

Atau kunjungi kanal Presenter Liputan 6 yang ada di platform streaming Vidio.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya