Akibat Pandemi, 23 Juta Anak di Dunia Lewatkan Imunisasi Dasar di 2020

WHO dan UNICEF mengatakan bahwa pandemi COVID-19 membuat banyak anak di dunia yang melewatkan imunisasi dasar rutin mereka

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Jul 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2021, 15:00 WIB
FOTO: Imunisasi Anak Sekolah di Masa Pandemi COVID-19
Petugas paramedis menyiapkan peralatan imunisasi saat program BIAS di Kantor Kelurahan Tamansari, Jakarta, Selasa (24/11/2020). Selama masa pandemi, pemerintah melalui Dinas Kesehatan tetap menggelar Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) dan UNICEF melaporkan bahwa sebanyak 23 juta anak di dunia melewatkan imunisasi dasar rutin di tahun 2020. Hal ini terjadi akibat adanya dampak layanan akibat pandemi COVID-19.

Yang lebih mengkhawatirkan, hingga 17 juta anak, kemungkinan tidak menerima satu vaksin pun di tahun 2020. Kondisi ini memperlebar ketidakadilan yang sudah sangat besar terkait akses vaksinasi.

Sebagian besar dari mereka tinggal di komunitas terdampak konflik, tempat terpencil yang kurang terlayani, serta lingkungan kumuh di mana terdapat berbagai kekurangan termasuk akses ke layanan kesehatan dan sosial dasar.

"Bahkan ketika negara-negara menuntut untuk mendapatkan vaksin COVID-19, kami telah mengalami kemunduran pada vaksinasi lain," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

Dilansir dalam laman resminya pada Sabtu (17/7/2021), Tedros mengatakan situasi ini membuat anak-anak rentan terhadap penyakit lain yang sesungguhnya bisa dicegah seperti campak, polio, dan meningitis.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Gangguan Terjadi di Banyak Wilayah

Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)
Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

"Beberapa wabah penyakit akan menjadi bencana besar bagi masyarakat dan sistem kesehatan yang sudah berjuang melawan COVID-19," kata Tedros.

Dalam laporannya, WHO-UNICEF mengungkapkan bahwa gangguan pada layanan imunisasi tersebar di luas di 2020, dengan wilayah WHO Asia Tenggara dan Mediterania Timur jadi yang paling terdampak.

Pembatasan akses ke layanan kesehatan dan imunisasi pun juga membuat jumlah anak yang tidak menerima vaksinasi pertam pun meningkat di seluruh wilayah WHO.

Dibandingkan 2019, terdapat 3,5 juta lebih banyak anak yang melewatkan dosis pertama vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT-1). Sementara, 3 juta lebih anak melewatkan dosis vaksinasi pertama campak.

 

Memperburuk Situasi Sebelumnya

Imunisasi Anak dengan Protokol Kesehatan
Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin polio kepada balita di sebuah posyandu di Banda Aceh, Aceh, Rabu (4/10/2020). Pemberian vaksin polio dan vaksin campak secara gratis yang berlanjut di tengah pandemi COVID-19 bertujuan memperkuat imunitas anak. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF mengatakan, sebelum pandemi pun, sudah ada kekhawatiran adanya kemunduran dari perjuangan imunisasi anak, termasuk dengan adanya wabah campak yang meluas dua tahun lalu.

"Pandemi telah memperburuk situasi yang buruk. Dengan distribusi vaksin COVID-19 yang merata di garis depan pikiran semua orang, kita harus ingat bahwa distribusi vaksin selalu tidak adil, tetapi tidak harus demikian."

Dalam data yang dihimpun WHO dan UNICEF, India menjadi negara dengan jumlah peningkatan tertinggi anak yang melewatkan imunisasi DPT di dunia. Angkanya mencapai 3.038.000 pada 2020, dibandingkan dengan 1.403.000 pada 2019.

Sementara, Indonesia berada di peringkat ketiga jumlah penambahan anak yang melewatkan imunisasi DPT terbesar yaitu 797 ribu di tahun 2020, dibandingkan 472 ribu di tahun 2019.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya