Studi: Wanita dengan Bokong Besar Lebih Cerdas dan Sehat

Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Oxford menemukan betapa wanita yang memiliki bokong lebih besar daripada rata-rata wanita, tidak hanya lebih cerdas, namun juga sangat tahan terhadap penyakit kronis.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Okt 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi bokong
Ilustrasi bokong. Photo by Lauren Richmond on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Oxford menemukan betapa wanita yang memiliki bokong lebih besar daripada rata-rata wanita, tidak hanya lebih cerdas, namun juga sangat tahan terhadap penyakit kronis.

Dilansir dari Yourtango, Profesor Konstantinos Manolopoulos, yaitu peneliti utama studi ini sekaligus Konsultan Kehormatan dalam Endokrinologi di the Queen Elizabeth Hospital Birmingham. Ia menggagas bahwa distribusi lemak tubuh penting untuk kesehatan dan ini telah diketahui sejak beberapa waktu silam.

Namun menurut hasil penelitiannya, lemak paha dan lingkar pinggul yang besar terbukti meningkatkan kesehatan, serta bahwa lemak tubuh bagian bawah bersifat protektif dengan sendirinya.

 

 

Analisis data

Studi yang menganalisis data dari 16.000 wanita tersebut menunjukkan bahwa wanita dengan posterior yang lebih besar cenderung memiliki kadar kolesterol dan glukosa yang lebih rendah, dan kadar lemak Omega 3 yang lebih tinggi (yang telah terbukti mengkatalisasi perkembangan otak).

"Memiliki bokong besar juga meningkatkan kadar leptin dalam tubuh wanita, yang merupakan hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur berat badan, dan dinopectina, hormon dengan manfaat anti-inflamasi, menyehatkan jantung, dan anti-diabetes," tulis studi tersebut.

Selain itu, jaringan adiposa bokong menjebak partikel lemak berbahaya dan mencegah penyakit kardiovaskular.

 

Hati-hati pada lemak tubuh

Namun perlu diingat bahwa lemak perut, lemak tubuh bagian atas dan obesitas sama sekali tidak sehat, bahkan dapat menyebabkan sejumlah besar masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

"Kami tidak bisa serta merta mengatakan bahwa Anda harus merasa nyaman dengan diri Anda sendiri. Namun kita harus benar-benar menekankan hubungan langsung antara obesitas, faktor risiko dan penyakit kardiovaskular," kata Dr. Tiffany Powell dari University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas, dikutip dari yourtango.

"Kita harus membantu orang-orang memahami bahwa meskipun Anda menyukai penampilan gemuk, Anda berisiko. Dengan ini kami ingin membantu orang memahami dampak obesitas tanpa membuat mereka merasa buruk tentang diri mereka sendiri," tambah Powell.

Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi

Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi
Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya