Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada akan terjadinya gelombang ketiga COVID-19. Kondisi tersebut bakal terjadi di Indonesia meski belum diketahui kapan terjadi.
Ada beberapa alasan yang membuat pemerintah terus mengingatkan masyarakat tetap waspada akan kehadiran gelombang ketiga COVID-19. Alasan pertama, studi ilmiah mengatakan COVID-19 tidak hanya akan terjadi satu atau dua gelombang.Â
"Mengapa kita harus selalu waspada? Pertama, kita tahu bahwa dari suatu jurnal ilmiah COVID-19 menimbulkan gelombang epidemiologi berkali-kali," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan jurnal tersebut, COVID-19 memiliki pola tidak hanya terjadi satu gelombang di mana kasus mencapai puncak dan selesai lalu kemudian turun dan berakhir. Serangan COVID-19, kata Nadia, memiliki pola menimbulkan serangan beberapa kali.
Meski begitu ada kemungkinan bakal ada penurunan kasus setelah cakupan vaksinasi meluas secara global.
"Belajar dari saintifik ini, ketika kasus turun laju penularan maka yang paling baik kita harus menekan laju penularan serendah mungkin. Target Indonesia untuk menekna laju penularan itu 10 per 1 juta penduduk atau maksimal 2.700 kasus," kata Nadia dalam webinar kemarin, Kamis, 21 Oktober 2021.
Pada saat kasus turun seperti sekarang Nadia mengingatkan agar protokol kesehatan masyarakat harus tetap ketat dan serta tetap gencar lakukan 3T. Lalu, pemerintah juga mengatakan pada kondisi kasus rendah saat tepat untuk menggencarkan vaksinasi COVID-19.
Alasan kedua tetap waspada terhadap terjadinya gelombang ketiga COVID-19 di RI adalah berkaca pada negara lain yang mengalami hal itu.
"Kita melihat gelombang ketiga itu niscaya sesuatu yang pasti terjadi. Kenapa? Banyak negara yang saat ini sudah mengalami gelombang ketiga," kata Nadia.
Sebut saja Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara Eropa tetap mengalami gelombang ketiga COVID-19 padahal cakupan vaksinasi COVID-19 di sana tinggi dan memiliki tingkat protokol kesehatan yang sudah baik.
Penyebab terjadinya gelombang ketiga adalah karena serangan varian Delta di negara-negara tersebut.
"Ketika ada varian Delta, kasus mereka meningkat ya. Ada struggling tapi angka kematian rendah," katanya."
Dari contoh tersebut, itu artinya gelombang ketiga COVID-19 mungkin terjadi di negara-negara lain.
Â
Libur Natal dan Tahun Baru, Kemungkinan Terjadi Peningkatan Kasus
"Alasan ketiga, bakal ada pergerakan mobilitas terutama pada akhir dan awal tahun. Setiap ada pergerakan mobilitas selalu terjadi peningkatan kasus COVID-19," katanya
Sebelum ada peningkatan kasus, pola di Indonesia adalah ada penurunan. Kemudian diikuti dengan adanya relaksasi aktivitas sosial. Sayangnya, ketika kasus mulai terkendali, masyarakat mulai kendor menjalankan protokol kesehatan, seperti kata Nadia.
"Di akhir tahun ini ada potensi peningkatan kasus. Maulid Nabi kita sudah lihat minggu ini sudah terjadi pegerakan masyarakat. Lalu, pasca Natal dan Tahun Baru, biasanya terjadi peningkatan kasus cukup besar," kata Nadia.
Alasan keempat Indonesia mesti waspada terhadap gelombang ketiga COVID-19 adalah karena mayoritas virus yang beredar di Indonesia adalah varian Delta.
"Hampir 90-98 persen adalah varian Delta. Ini yang menjadi perhatian kita, varian ini sifatnya ganas dan infeksius, ini masih varian dominan. Ini hal yang mesti membuat kita waspada," katanya.
Advertisement